batu bara
Penulis:Eva Pardiana
Editor:Eva Pardiana
JAKARTA – Konglomerat pemilik Grup Triputra, Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat, menilai bahwa komoditas energi fosil seperti batu bara akan segera habis.
Konglomerat yang saat ini menduduki peringkat ke-15 orang terkaya di tanah air ini mengingatkan perihal kebergantungan Indonesia kepada energi dari batu bara untuk kebutuhan sehari-hari.
"Bayangkan, 50 tahun lalu saya terbang ke Kalimantan, semua hijau. Orang bilang kayu Kalimantan tak ada habis-habisnya. Coba sekarang? Hutan sudah dibabat habis," ujar Rachmat dalam acara Wisuda ke-36 Program Sarjana dan Magister Universitas Paramadina yang ditayangkan secara virtual, dikutip Selasa, 7 Juni 2022.
Rachmat berpendapat, Indonesia seharusnya tidak bisa lagi hanya mengandalkan batu bara, tapi harus beralih ke industri yang lebih canggih dan berkelanjutan.
Canggih dalam konteks yang dimaksud oleh Rachmat tidak hanya berhubungan dengan perusahaan berbasis teknologi seperti start up, melainkan juga industri-industri lainnya seperti kimia, otomotif, dan sebagainya.
"Itu tugas kita, bagaimana kita bisa menggantikan bisnis-bisnis komoditas itu. Bisnis industri yang lebih mapan itu bisa konkret di luar negeri," tegas Rachmat.
Dalam kesempatan yang sama, Rachmat juga menilai ekonomi Indonesia akan semakin baik untuk ke depannya seiring dengan melandainya kasus Covid-19.
Rachmat pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5% tahun 2023. Ia menambahkan, di masa sulit seperti pandemi, Indonesia masih melakukan ekspor komoditas seperti batu bara, kelapa sawit, dan mineral. Kinerja ekspor yang cukup baik memberikan dampak positif untuk neraca perdagangan Indonesia.
Sebagai informasi, TP Rachmat memulai kariernya sebagai salesman di Astra sebelum akhirnya diangkat menjadi CEO setelah 16 tahun mengabdi.
Setelah sukses di Astra, pria kelahiran tahun 1943 ini mendirikan PT Triputra Group yang bergerak di beberapa bidang seperti karet olahan, batu bara, perdagangan, manufakturing, agribisnis, dealership motor, dan logistik pada tahun 1988.
Saat ini, pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini pun menempati kedudukan di daftar 20 besar orang terkaya di Indonesia dengan nilai kekayaan mencapai US$2,84 miliar atau setara dengan Rp40,98 triliun dalam asumsi kurs Rp14.431 perdolar Amerika Serikat (AS). (TA)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 05 Jun 2022