presiden joko widodo
Penulis:Eva Pardiana
Editor:Eva Pardiana
BANDAR LAMPUNG – Di sela kunjungan ke Lampung, Jumat, 5 Mei 2023, Presiden Joko Widodo menjalankan salat Jumat di Masjid Airan Raya, Bandar Lampung.
Masjid yang berada di Jalan Mayjen Ryacudu Sukarame itu menunjuk Ustaz Dr. Mahmudin Bunyamin sebagai khatib.
Dalam khotbahnya, dosen Fakultas Adab UIN Raden Intan Lampung itu fokus membahas makna saling memaafkan. Sebab, kata dia, semua Nabi yang menjadi teladan hidup umat adalah pemaaf.
Didampingi beberapa Menteri dan Gubernur Lampung, Jokowi menyimak paparan Mahmudin dengan khusuk. Sementara, salat Jumat diimami oleh Prof. Wan Djamaludin, Rektor UIN Raden Intan Lampung.
Mengutip Qur’an Surat Al Anfal, Mahmudin mengurai betapa Alloh SWT. memberi perintah kepada manusia untuk taat kepada Tuhannya, serta berkasih sayanglah dengan sesama manusia.
“Bertakwalah kepada Alloh dan perbaikilah hubungan antarmanusia. Ini adalah perintah Alloh SWT. yang memberi pesan bahwa hablum minalloh itu harus dan menjalin hubungan baik dengan sesama manusia atau hablum minannas itu juga sangat penting,” kata dosen yang menimba ilmu di Mekah, Arab Saudi sejak lulus SMP ini.
Menurut Mahmudin, dinamika dunia dengan berbagai urusannya menjadikan setiap manusia tidak akan lepas dari kesalahan. Jangankan dengan orang lain atau bahkan musuh, kata dia, hubungan yang harmonis dalam satu keluarga, bahkan dengan bapak-ibupun tetap terdapat dosa dan kesalahan.
Namun demikian, khatib yang meluluskan S-1 di Mekah dan S-2 di Yordania ini mengatakan, kesalahan manusia, sebesar apapun tetap lebih besar kemaafan atau ampunan dari Alloh SWT.
Oleh karena itu, tidak ada kesalahan, kekhilafan, dan dosa yang dilakukan manusia tetap akan mendapat ampunan. Syaratnya, dengan menyadari kesalahannya, berkomitmen dalam tobat, dan saling memaafkan.
“Hari ini kita masih berada di Bulan Syawal, di mana Rasululloh memberi teladan untuk saling memaafkan. Mari kita manfaatkan momen ini untuk memberi maaf. Sebagaimana Sahabat Nabi, Ali R.A. mengatakan, meminta maaf adalah perbuatan mulia. Sedangkan memberi maaf lebih mulia di hadapan Alloh SWT,” kata dia.
Mahmudin melanjutkan, akhlak para Nabi memberi contoh terbaik dalam hal hubungan antarmanusia. Semua nabi, kata dia, memiliki riwayat dizalimi, dikhianati, bahkan disakiti sampai akan dibunuh. Namun, mereka mengakhiri seteru dengan memberi maaf dan menerima kembali orang-orang yang semula memusuhi kemudian menjadi sahabat baik.
“Nabi Yusuf A.S. memaafkan saudara-saudaranya yang semula membuang dan akan membunuh dengan mencemplungkannya ke dalam sumur. Nabi Muhammad SAW memaafkaan seluruh penduduk Mekah yang pernah mengusir dan akan membunuhnya. Sikap pemaaf itu kemudian membawa penduduk Mekah berbondong-bondong masuk Islam,” kata pria kelahiran Semende, Sumatra Selatan itu.
Terakhir, sebagai khatib dia berpesan agar setiap peristiwa, baik lingkup internal, komunitas, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk menjaga sikap tawaduk.
Sikap ini, kata dia, akan meminimalisasi gesekan yang berpotensi terjadi perpecahan. Jika terjadi selisih paham, imbau dia, segeralah menyadari kekeliruan dan berupaya memperbaikinya. (*)