Penulis:M. Iqbal Pratama
BANDAR LAMPUNG – Berawal dari kepeduliannya terhadap lingkungan, Anggraeni Kumalasari, menekuni kerajinan ecoprint. Ia mencoba mengaplikasikan pewarna alami dan motif dedaunan pada kain yang ia produksi.
Ecoprint merupakan sebuah teknik mencetak, mewarnai, dan membuat produk dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti dedaunan, ranting, hingga akar. Kain dengan motif ecoprint memiliki keunikan serta nilai jual yang tinggi.
Anggraeni menceritakan mulai menekuni kerajinan ecoprint sejak 2018 silam. Metode ini dia pilih setelah menyadari dampak buruk pewarna sintetis terhadap lingkungan.
Menurut Aggraeni meski teknik ecoprint lebih ramah lingkungan, namun hasil warna yang ditampilkan tidak begitu terang.
"Dalam teknik ecoprint, cuaca sangat berpengaruh terhadap kecerahan warna yang ditampilkan, karena jika kandungan air terlalu tinggi kain tidak akan tercetak dengan baik," ujarnya.
Menurut Anggaraeni, kerajinan hasil ecoprint dapat menghasilkan produk dengan nilai jual tinggi. Harganya bervariasi, mulai dari Rp15 ribu hingga Rp1 juta. Nilai jualnya terletak pada keunikan motif-motif yang berasal dari berbagai macam jenis dedaunan.
Dalam menjalankan bisnisnya, Anggraeni memberdayakan para petani untuk mengumpulkan dedaunan dari perkebunan sebagai bahan utama pembuatan motif ecoprint. (IQB)