Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
BANDARLAMPUNG - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan inflasi global saat ini cenderung tinggi. Hal itu pun bakal berpengaruh terhadap negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Dampaknya yang paling utama terhadap barang-barang impor. "Makin tinggi tingkat impornya maka makin tinggi juga dampaknya terhadap inflasi domestik," kata Faisal pada Selasa, 18 Juli 2022.
Ia mengungkapkan sektor yang akan terkena dampak dari inflasi global yaitu bahan pangan dan energi. Sebab, kedua sektor tersebut banyak melakukan impor.
"Sebagai contoh barang-barang yang banyak kita impor tentu saja gandum untuk makanan gandum, jagung dan banyak bahan pangan yang lain," jelasnya.
Di sektor energi yang akan terdampak menurutnya adalah harga minyak. Apabila minyak mengalami peningkatan, otomatis mendorong inflasi juga di dalam negeri, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM) yang tidak disubsidi.
"Ini pasti ada dampaknya terhadap inflasi domestik dan kalau kita melihat, terakhir rilis BPS memang inflasinya juga meningkat sangat signifikan peningkatannya dibandingkan dengan 2020, 2021 bahkan dibandingkan dengan prapandemi," ungkapnya.
Faisal memprediksi inflasi di tahun ini kemungkinan akan berada pada kisaran 4 persen sampai dengan 5 persen
"Year to date saja 3,19 persen secara year on year sudah 4,35 persen, jadi artinya kemungkinan besar memang tahun ini akan berada di kisaran 4 sampai 5 persen inflasinya. Jadi artinya sudah berada di atas target pemerintah dan juga BI," ujarnya. (*)