Demfarm.id
Penulis:Eva Pardiana
JAKARTA - Peringatan Hari Krida Pertanian yang jatuh pada 21 Juni 2023 menjadi momentum pengingat untuk menjaga ketahanan pangan yang bisa dimulai dari hal kecil di rumah. Sebagaimana diketahui, dalam catatan Global Food Security Index (GFSI), ketahanan pangan Indonesia tahun ini masih di bawah rata-rata global yang indeksnya 62,2, serta lebih rendah dibanding rata-rata Asia Pasifik yang indeksnya 63,4.
Indonesia perlu memperkuat kebijakan untuk memastikan produksi pertanian terlindung dari risiko perubahan iklim. Hal tersebut akan membantu Indonesia untuk menjaga kecukupan pasokan pangan di tahun-tahun mendatang.
Untuk membantu pemerintah menjaga ketahanan pangan Indonesia, Demfarm mengajak generasi muda memulai langkah kecil kemandirian pangan dari rumah. Demfarm mengadakan kegiatan sharing session Inspirasi Petani Milenial melalui Instagram Story dengan mengangkat tema “Mandiri Pangan melalui Kebun Asri di Rumah” pada Kamis, 15 Juni 2023 di Depok.
Sharing session tersebut menggandeng Founder Sendalu Permaculture, Gibran Tragari yang mulai aktif berkebun sejak 2016. Sharing session di Instagram Story ditonton oleh lebih dari 147 partisipan dari berbagai kalangan, mulai dari blogger, jurnalis, petani milenial daerah, dan masyarakat umum di wilayah Indonesia. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajak generasi muda untuk tidak malu menjadi petani milenial di rumah dan mulai berkebun sederhana sehingga mampu mencukupi kebutuhan pangan keluarga.
Dalam sesi sharing session Demfarm, Gibran menyampaikan bahwa salah satu langkah kecil yang bisa membantu ketahanan pangan keluarga adalah berkebun. Gibran sendiri tertarik berkebun dengan konsep permaculture. Konsep ini menurut Gibran sangat asik karena selain berkebun dan membantu pangan keluarga, Permaculture sangat ramah lingkungan sehingga bisa sambil merawat bumi.
“Semua yang kita lakukan kalau bisa ngga hanya buat kita, tapi buat alam juga. Permaculture itu cara mendesain hidup biar lebih selaras dengan alam dan hidup lebih ramah lingkungan,” katanya.
Awalnya, kata Gibran, ia memilih berkebun karena dorongan kondisi yang belum mendapat pekerjaan tetap. Gibran mencoba memanfaatkan waktu luang dan ruangan yang tidak terkelola menjadi kebun yang penuh tanaman pangan. Gibran memiliki tanaman di halaman dan rooftopnya. Tanaman yang ditanam beragam, dari bumbu dapur, obat-obatan tradisional, hingga buah-buahan.
Selain tanaman, Gibran juga memiliki ternak ayam kecil yang juga difungsikan sebagai pencacah rumput dan daun kering. Makanan ayam Gibran adalah magot yang berasal dari proses pengomposan. Selain itu, Gibran memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan penyiraman. Gibran juga membuat resapan biopori yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah.
“Saya mulai berkebun karena kondisi. Sekarang merasakan keseruan dan manfaatnya. Jadi sehari-hari memanfaatkan hasil kebun, yang awalnya gaya hidup dipaksa akhirnya menyesuaikan dan tau kebutuhan kita sebenernya apa,” kata Gibran.
“Pesan saya buat teman-teman yang masih muda, mulailah berkebun dari hal kecil. Saya sering bilang baby step. Ini saatnya kita sebagai anak muda ikut ambil peran, berkebun penuhi kebutuhan pangan keluarga sambil merawat bumi,” tutup Gibran.
Dalam kesempatan yang sama, Inisiator Demfarm, Fahita Salsabila menyebutkan kemandirian pangan yang dimulai dari rumah tidak harus memiliki lahan yang luas. Aktivitas berkebun bisa dilakukan di rooftop atau halaman rumah terbatas. Untuk jenis tanamn, Fahita menyarankan memulai dengan menanam bahan yang ada di dapur, seperti kunyit atau bumbu dapur lainnya.
“Memulai berkebun yang menyenangkan tidak melulu harus keluar modal yang besar, kita bisa mulai dari bumbu dapur. Kalau sudah ada tanaman kunyit, jahe, dan lainnya, kita kan bisa hemat beli bumbu dapur lagi di luar,” katanya. (*/Rls)