Enggan Ikuti Tren Digitalisasi, Omzet Pedagang Pasar Tradisional Anjlok

2024-10-01T08:03:29.000Z

Penulis:Eva Pardiana

Editor:Eva Pardiana

pedagang bambu kuning sepi.jpg
Sejumlah pedagang tradisional di Pasar Bambu Kuning, Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung mengaku omzetnya turun drastis karena persaingan dengan toko online.

BANDAR LAMPUNG – Tren belanja online semakin diminati, terutama untuk produk fesyen. Kemudahan berbelanja secara daring kini menjadi tantangan serius bagi para pedagang pakaian di pasar tradisional seperti Pasar Bambu Kuning, Tanjung Karang Pusat. Banyak dari mereka mengalami penurunan omzet yang signifikan karena berkurangnya jumlah pelanggan yang datang langsung ke toko.

Sopi, pemilik toko Irfan Fashion di Pasar Bambu Kuning, adalah salah satu pedagang yang merasakan dampaknya. "Sepi yang datang, paling banter 5 orang, itupun jarang," keluhnya, Senin (30/9/2024).

Menurut Sopi yang telah berjualan 15 tahun itu, pelanggan yang dulu ramai datang ke tokonya kini lebih memilih berbelanja online. Penurunan pengunjung tersebut menyebabkan omzetnya turun drastis, membuatnya semakin khawatir dengan masa depan usahanya.

Hal serupa disampaikan Irfan, penjaga toko pakaian Pelangi. Ia mengaku omzet tokonya turun antara 50% hingga 75% akibat persaingan ketat dengan penjualan online. "Penjualan online langsung dari pabrik ke konsumen, jadi harganya bisa sangat murah. Itu sangat menyulitkan kita yang jualan di pasar," ungkapnya.

Irfan berharap agar ada regulasi terkait harga di platform penjualan online, agar para pedagang pasar tradisional tidak terlalu terpuruk. "Seharusnya ada standar harga, jangan terlalu murah banget. Ini merugikan kami yang harus membayar sewa toko dan biaya operasional lainnya," tambahnya.

Meski memahami kondisi persaingan usaha saat ini, sejumlah pedagang masih enggan mengikuti tren digitalisasi atau penjualan melalui market place, alasannya sistem penjualan online dianggap terlalu rumit.

Wulan, pemilik Neora Fashion, mengaku tidak mengikuti tren penjualan online karena merasa kesulitan memahami sistemnya. "Saya kurang paham dengan sistemnya kalau online begitu," ujarnya.

Bagi Wulan, peralihan ke penjualan online membutuhkan keterampilan baru yang tidak mudah dipelajari, terutama bagi pedagang tradisional yang sudah bertahun-tahun berjualan secara konvensional. (*)

Reporter: Wahyuni Lestari dan Alfaris.