Bulog: Stok Cadangan Beras Tinggal 683 Ribu Ton

2023-01-22T08:39:11.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Ilustrasi stok beras
Ilustrasi stok beras

JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan stok cadangan beras pemerintah mencapai 683 ribu ton dan dinilai dapat memenuhi kebutuhan hingga perayaan Idul Fitri 2023.

Pasalnya, Bulog akan menyerap sebanyak 1 juta ton beras petani pada momentum panen raya yang akan dimulai pada Maret 2023.

Setelah panen raya, Bulog akan menyalurkan lebih dari 1 juta ton beras medium dengan harga terjangkau melalui operasi pasar, dan Budi menargetkan sekitar 2,4 juta ton beras yang digelontorkan sepanjang tahun ini.

Stok beras lebih dari 600 tribu ton untuk kepentingan sampai puasa. Lebaran sangat cukup. Karena apa? Maret 2023 diprediksi sudah mulai panen raya," kata Budi dikutip dari keterangan resmi, Sabtu, 21 Januari 2023.

Untuk bulan ini, Bulog telah menyuplai 100 ribu ton beras saat operasi pasar. Langkah itu pun dinilai mampu menekan kenaikan harga beras dalam negeri yang masih tinggi.

Menurut Budi, faktor yang membuat harga beras masih lebih tinggi dari level normal adalah stok beras yang masih terbatas karena belum memasuki musim panen raya.

Untuk momentum panen raya nanti Bulog menargetkan penyerapan beras produksi petani sebanyak 1 juta ton.

Walau demikian, Budi menerangkan bahwa penyerapan itu bisa lebih dari target panen raya karena tahun ini sendiri Bulog ditargetkan untuk menyerap 2,4 juta ton beras untuk menambah cadangan.

2,4 juta ton yang ditargetkan diserap pada keseluruhan tahun ini tidak langsung disalurkan seluruhnya ke pasar.

Bulog berencana untuk menyimpan sekitar 1 juta sampai 1,2 juta ton beras untuk akkhir 2023 sehingga cadangan beras pemerintah masih terjaga saat tidak ada panen di akhir tahun.

Budi menjelaskan, saat ini pihaknya belum menyalurkan beras impor karena pihaknya masih melakukan pengecekan kualitas agar sesuai denagn kriteria yang disepakati dengan penyuplai dari luar negeri. Beras yang diimpor itu berasal dari Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Pakistan.

"Saya bilang bukan tidak mau disalurkan atau tidak bisa disalurkan. Belum bisa karena kemarin baru datang dan datang itu kita hitung jumlahnya, kualitasnya, benar gak sesuai dengan kontrak kita. Begitu selesai, disetujui, oke clear baru kita keluarkan," pungkas Budi. (*)