ojk
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
BANDARLAMPUNG - Direktur Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) KR 7 Sumbagsel, Iwan M Ridwan memaparkan sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia mencapai 87,18 persen, Indonesia memang memiliki peluang memacu ekonomi syariah. Namun praktiknya bukan tanpa tantangan.
Misalnya, kuantitas penduduk muslim yang ada belum berbanding lurus dengan perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Apabila dibandingkan dengan pangsa pasar nasional, perbankan konvensional masih mendominasi market dalam negeri.
"Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa industri jasa keuangan syariah baru 9,90 persen, sedangkan bank syariah lebih kecil lagi baru 6,5 persen," ujar Iwan saat webinar Literasi Keuangan Syariah BSI bersama Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) Sumatera, Selasa (9/11/2021).
Ia melanjutkan, kondisi tersebut tidak lepas dari rendahnya literasi keuangan syariah yang baru sekitar 8,93 persen.
Sementara itu, literasi keuangan konvensional secara nasional sudah berkisar 38,03 persen. Belum lagi soal indeks inklusi keuangan syariah sebesar 9,1 persen, sedangkan inklusi keuangan nasional mencapai 76,19 persen.
Literasi menunjukkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat atas produk dan jasa keuangan, sedangkan inklusi berhubungan dengan keterlibatan masyarakat di industri keuangan.
Pembicara selanjutnya Chief Economist, Banjaran Surya Indrastomo memaparkan perkembangan perbankan syariah khususnya kinerja BSI selama pandemi dan upaya apa saja dihadapi agar BSI bisa menjadi top ten bank syariah secara global sesuai dengan visi misi dibentuknya merger BSI.
Mulai Februari 2021 lalu, tiga bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi melakukan merger yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah. Ketiga Bank tersebut sekarang menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Kebijakan merger tersebut selaras dengan Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024.
Beberapa kegiatan yang dimasukkan di dalam MEKSI itu adalah pengembangan industri halal, industri produk halal, kemudian terus melakukan pengembangan jasa keuangan syariah, dan juga mendorong munculnya kegiatan jasa keuangan sosial syariah yang diharapkan semakin hari semakin besar.
"Dengan adanya merger akan menjadi lokomotif pertumbuhan di perbankan syariah dan merambat ke sektor lain di keuangan syariah. Walaupun market-nya sekarang baru 6 persen, kita harapkan ke depan bisa lebih terdorong pertumbuhannya," paparnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara dari akademisi yakni Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang Dr H Heri Junaidi MA yang membahas potensi dan peluang ekonomi syariah secara nasional dan regional dari kacamata akademik.
Funding & Transaction Business Deputy BSI Ichsan Mahyudi berharap kehadiran BSI saat ini yang sudah sepenuhnya beroperasi secara single system membangkitkan kekurangan ekonomi syariah secara nasional dan global.
BSI bertekad menjadi top ten global bank syariah, saat ini BSI berada posisi ke tujuh bank syariah dihitung dari asetnya. Kedepan dia semoga bank bank yang dibentuk langsung prisiden Jokowi ini bisa menjadi kekuatan ekonomi baru yang hadir hingga pelosok daerah yang menjangkau nasabah lebih luas lagi.
Ichsan berharap webinar ini akan meningkatkan pemahaman literasi keuangan dan ekonomi syariah sehingga masyarakat semakin paham manfaat keuangan syariah dan semakin banyak masyarakat yang bertransaksi di perbankan syariah.
Semoga webinar ini bisa menambah wawasan agar semakin banyak masyarakat bertransaksi di bank syariah dan memajukan ekonomi syariah.
Webinar mengangkat tema 'Babak baru perbankan syariah, potensi dan tantangan perbankan syariah di Indonesia' diikuti 60 jurnalis dari berbagai Provinsi di Sumatera yakni dari Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Bangka Belitung. (*)