e-commerce
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
BANDARLAMPUNG - Belanja iklan e-commerce diprediksi masih tinggi tahun ini seiring dengan momentum pemulihan ekonomi nasional. Belanja iklan e-commerce sangat dipengaruhi oleh perencanaan bisnis perusahaan dan perkembangan ekonomi nasional.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan, di tahun 2022 ini banyak perusahaan mulai melakukan ekspansi setelah sebelumnya di tahun 2021 masih menahan berbelanja iklan.
"Kami melihatnya di 2022 ini perusahaan sudah mulai bergerak karena di 2021 banyak yang masih menahan untuk berbelanja iklan melihat kepastian dari ekonomi dan kondisi kesehatan masyarakat," ujarnya, Selasa (25/1/2022).
Dia melanjutkan, belanja iklan e-commerce menjadi investasi untuk meningkatkan trafik pembeli ke platform-platform e-commerce. Di samping itu, iklan juga ditujukan untuk mendongkrak share of voice perusahaan e-commerce.
"Memang saat ini sepertinya masih menjadi investasi untuk memasarkan produk. Iklan masih diperlukan untuk memaksimalkan pengenalan dari perusahaan dalam menggaet customer baru," ungkapnya.
Menurut dia, sasaran dari belanja iklan e-commerce adalah masyarakat yang sudah menggunakan internet namun belum pernah menggunakannya untuk berbelanja online. "Itu yang disasar karena dengan jumlahnya lebih banyak dan potensial untuk menjadikan customer loyal, itu menjadi lebih merata bagaimana bisa mengaitkan konsumen itu," tuturnya.
Sebelumnya, perusahaan riset data dan analitik Nielsen melaporkan total belanja iklan disepanjang tahun 2021 mencapai Rp259 triliun atau naik 13% dibandingkan tahun 2020. Realisasi belanja iklan tersebut dihitung berdasarkan angka Gross Rate card di sejumlah media seperti televisi, cetak, radio dan digital.
Aktivitas belanja iklan e-commerce diperkirakan masih melaju tinggi pada tahun ini dengan memanfaatkan momentum dari pemulihan ekonomi nasional, perusahaan e-commerce yang fokus pada konsumen dinilai akan melanjutkan tren kenaikan seperti tahun 2021. Sedangkan, perusahaan e-commerce yang fokus pada produsen, justru dinilai akan menahan aktivitas belanja iklan.(*)