BEI Sebut 23 Perusahaan Antre IPO, Peluang untuk Reksadana Saham

2022-03-14T16:29:00.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Yunike Purnama

Ilustrasi
Ilustrasi

BANDARLAMPUNG - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, akan ada 23 perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya (listing) di bursa domestik. 

Sebelumnya sudah ada 11 perusahaan yang mencatatkan sahamnya sejak awal 2022 dan hal ini dinilai bisa menjadi katalis positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan reksadana saham.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, pada minggu lalu, terdapat dua perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI, yakni PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO) dan PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA). 

Dengan tercatatnya dua perusahaan tersebut, total perusahaan yang sudah mencatatkan sahamnya di BEI mencapai 777 perusahaan dan 888 perusahaan tercatat lain dari saham, obligasi, sukuk, dan Efek Beragun Aset (EBA).

"Pencapaian tersebut menjadi hal yang menggembirakan bagi BEI di tengah pemulihan ekonomi yang masih terus berlangsung. Dengan penambahan jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI, mengindikasikan kepercayaan para pelaku bisnis kepada pasar modal Indonesia senantiasa terjaga dengan baik," jelas Nyoman dalam keterangan tertulis dikutip Senin, 14 Maret 2022.

Pada tahun 2021, BEI juga menjadi Bursa Efek dengan pencapaian jumlah perusahaan tercatat saham tertinggi selama lima tahun terakhir di antara bursa ASEAN. Keberhasilan ini merupakan upaya seluruh pelaku pasar modal yang disupervisi oleh OJK untuk menjadikan pasar modal Indonesia lebih inklusif dengan memberikan kemudahan untuk semua tingkatan perusahaan.

Sejak awal 2022 sampai saat ini, tercatat 11 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan total dana yang berhasil dihimpun Rp3,13 triliun. Di samping itu masih terdapat 23 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI.

Adapun 23 perusahaan tersebut terdiri dari satu perusahaan berskala kecil atau di bawah Rp50 miliar. Lalu, 12 perusahaan berskala menengah atau diantara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar dan 10 perusahaan berskala besar atau di atas Rp250 miliar.

Dilihat dari sektornya, perusahaan yang akan listing tersebut berasal dari berbagai sektor, yakni satu dari sektor basic materials; dua perusahaan dari sektor industrials; satu perusahaan dari sektor transportation  dan logistic; dua perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals; dan enam perusahaan dari sektor consumer cyclicals.

Lalu, dua perusahaan dari sektor teknologi, dua perusahaan dari sektor kesehatan; tiga perusahaan dari sektor energi; tiga perusahaan dari sektor properties & real estate; dan satu perusahaan dari sektor infrastruktur.

Selain pencatatan saham, hingga 10 Maret 2022 telah terdapat 22 emisi baru efek bersifat utang dan sukuk yang dicatatkan di BEI dan diterbitkan oleh 18 perusahaan dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp23,07 triliun. Sedangkan di pipeline, masih ada 11 perusahaan yang akan melakukan emisi 14 efek bersifat utang dan sukuk.

Penghimpunan dana dari pasar modal ini bisa berpengaruh positif terhadap IHSG dan juga reksadana saham. Berdasarkan data RTI, IHSG sudah meningkat 0,46 persen ke level 6.954 pada penutupan perdagangan sesi I, Senin, 14 Maret 2022.

Peningkatan IHSG ini berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian (return) reksadana saham.

Sebanyak tujuh reksadana saham mencatat return di atas 10 persen. Manulife Saham Andalan dari PT Manulife Aset Manajemen Indonesia bertengger di posisi atas dengan return 23 persen dalam setahun.(*)