AS
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
WASHINGTON - AS tengah mengalami badai utang. Hal ini terjadi baik di sektor publik dan swasta.
Adapun badai utang kini telah tampak ke permukaan saat pinjaman mulai menumpuk. Ditambah lagi, kepercayaan peminjam juga mulai goyah.
Mengutip Insider, Senin, 14 Agustus 2023, Fitch ratings menurunkan peringkat kredit AS. Di sisi lain, analis keuangan Modody's menurunkan peringkat 10 Bank AS pada musim panas ini sebagai pertanda adanya masalah kredit di AS.
Sebagaimana diketahui, polarisasi politik telah menghambat kemampuan AS untuk memenuhi kewajiban utang baik kredit negara maupun utang sektor perbankan.Pada sektor perbankan, tekanan berasal dari kondisi kredit yang lebih ketat dan kebijakan The Fed.
Masalah lainnya juga terjadi di pasar utang. Pasalnya, sektor swasta dan publik kini tengah menghadapi lingkungan yang berbeda dari yang mereka alami sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, pada dekadae lalu, suku bunga AS berada pada titik terendah. Hal ini mengakibatkan terjadinya krisis pada 2008 lalu.
Jika pada 2008 lalu suku bunga rendah mendorong pinjaman besar-besaran, maka kenaikan suku bunga bisa jadi titik kehancuran.
Kehancuran sektor keuangan AS dimulai dari bankrutnya perbankan kawakan AS, Silicon Valley Bank (SVB). Ambruknya SVB ditenggarai oleh beban portofolio obligasi yang terdepresiasi dengan cepat saat suku bunga naik.
Selain SVB, sejumlah perbankan lain seperti Signature Bank dan First Republic kolaps dalam waktu singkat.
Meski dapak dari keruntuhan tiga bank di AS masih bisa terkendali, insiden ini tak menghentikan pakar dan tokoh investasi untuk waspada. Sebagaimana dilakukan oleh Legenda hedge fund Ray Dalio dan ekonom top Nouriel Roubini.
Secara bersamaan, mereka mewanti AS akan mengalami rasio utang tingkat tinggi saat suku bunga naik. Mereka yang menekankan krisis utang besar-besaran mungkin akan terjadi.(*)