Arti Dari Seed Fund dan Growth Fund dalam Pendanaan Startup

2023-01-12T05:55:09.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Ilustrasi startup
Ilustrasi startup

BANDAR LAMPUNG - Setiap perusahaan rintisan atau startup pasti akan selalu membutuhkan sejumlah dana sebagai modal awal. Akan tetapi tidak semua pelaku startup memiliki tabungan pribadi yang cukup untuk mendanai kebutuhan perusahaan.

Itulah mengapa tak sedikit dari mereka yang memutuskan untuk mencari modal awal untuk keberlangsungan startupnya.

Rupanya, startup yang sudah berjalan pun tetap butuh yang namanya pendanaan. Adanya dana yang cukup akan membuat startup mampu melakukan inovasi-inovasi yang dibutuhkan oleh pasar. Akses terhadap pendanaan dari investor juga dapat memperluas jaringan perusahaan.

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca menjelaskan terdapat dua jenis pendanaan dalam dunia startup, yakni seed fund dan growth fund. Menurutnya seed fund merupakan pendanaan awal saat perusahaan belum memiliki pendapatan (revenue). Investasi akan diberikan pada sumber daya manusia, bukan kepada bisnisnya.

"Seed fund lebih ke pre-revenue, atau perusahaan yang belum ada revenue. Yang kita investasi itu adalah orangnya, bukan bisnisnya. Jadi kita lihat founder-nya bagus apa enggak. Investasinya bergantung pada ada atau tidaknya founder yang baik di perusahaa tersebut," jelas Willson.

Sementara itu, growth fund adalah investasi saat perusahaan sudah memiliki revenue atau pada post-revenue company. Bukan hanya pada sumber daya manusianya, pendanaan juga akan melihat model bisnis perusahaan.

"Kalau growth fund itu untuk post-revenue company. Jadi yang kita investasi ke sana adalah orangnya dan model bisnisnya," kata Willson.

Namun, dia mengungkapkan bahwa growth fund dilakukan dengan melihat keadaan pada kondisi saat ini. Dengan keadaan ekonomi sekarang, maka akan mempengaruhi mulai dari model bisnis, permintaan bisnis, hingga pendanaan berikutnya.

"Jadi yang lebih ke-impact itu sebenarnya dana investasi growth company daripada seed company," imbuhnya.

Willson juga menjelaskan investasi akan melihat apakah startup melakukan eksekusi sesuai dengan core kompetensinya. Ternyata banyak perusahaan yang melakukan hal itu.

Menurutnya, di tahun 2021-2022 banyak investasi yang masuk ke startup. Namun hal tersebut justru membuat perusahaan rintisan mencoba mengoperasikan sesuatu yang di luar kompetensi bisnis intinya.

"Nah yang tahun ini kita evaluasi, harusnya fokus core kompetensinya. Tapi apakah itu salah? Engga juga, ada perdebatan. Karena ada fungsi persaingan pasar dan segala macam," tuturnya. (*)