Start Up Indonesia Ini Dapat Suntikan Modal dari Bos Amazon
Eva Pardiana - Selasa, 02 November 2021 22:00JAKARTA – Bos Amazon, Jeff Bezos melakukan investasi pertamanya di perusahaan rintisan (start up) e-commerce yang ada di Indonesia, Ula.
CEO Ula Nipun Mehra tidak menyebutkan besaran investasi orang terkaya dunia tersebut, tetapi ini merupakan keberanian pengusaha raksasa teknologi itu melebarkan pendanaannya ke kawasan Asia Tenggara.
Jeff Bezos saat ini memiliki kekayaan US$195,9 miliar atau setara Rp2,7 kuardriliun (asumsi kurs Rp14.200 per USD), berada di bawah Elon Musk yang mengumpulkan kekayaan US$222 miliar atau sekitar Rp3,1 kuadriliun dan berada di posisi puncak orang terkaya dunia.
Berbicara kepada CNBC Market It baru-baru ini, Mehra mengatakan bahwa dirinya sangat beruntung. "Momen fan boy yang luar biasa bagi saya," ujarnya.
- Inspeksi Kebun Karet PTPN VII, Ini Pesan Komisaris Utama
- Inspeksi Kebun Karet PTPN VII, Ini Pesan Komisaris Utama
- 7 Perusahaan Astra Financial Siapkan Layanan Digital di GIIAS 2021
Untuk diketahui, start up Ula adalah pasar grosir yang bertujuan untuk memodernisasi jutaan kios ibu-dan-pop, atau warung, dengan menyediakan layanan inventaris dan pengiriman serta pembiayaan.
Didirikan pada Januari 2020 oleh Mehra, perusahaan telah berkembang pesat di bawah pergeseran pandemi ke digital, sejauh ini mengumpulkan lebih dari US$117 juta atau sekitar Rp1,6 triliun) dalam pendanaan dari nama-nama besar seperti Tencent dan Lightspeed Venture Partners.
Salah satunya adalah Jeff Bezos, yang kantor keluarganya Bezos Expeditions menginvestasikan jumlah yang tidak diungkapkan setelah salah satu pendukung awal start up memberi tahunya tentang Ula.
Mehra sendiri belum pernah bertemu dengan Bezoz, ketika dia bekerja di bawahnya sebagai insinyur perangkat lunak di kantor pusat Amazon di Seattle, AS, sebelum bergabung dengan raksasa e-commerce Flipkart di negara asalnya, India.
Terinspirasi dari perkembangan pasar e-commerce yang luar biasa di kawasan Asia Tenggara, Mehra kemudian berniat mendirikan Ula yang berbasis di Jakarta.
Dia kemudian mengontak kerabatnya dari Amazon, Alan Wong, Riky Tenggara dari Lazada, dan eksekutif Procter & Gamble Derry Sakti untuk melengkapi tim pendiri Ula.
"Kami telah mempelajari semua hal ini di Amazon, kami telah mempelajari semua hal ini di sekolah bisnis. Bagaimana kita membawa sebagian dari itu ke dalam smartphone kecil ini dan membantu mereka berdua menghasilkan lebih banyak uang serta menghemat lebih banyak uang?" kata Mehra, melansir dari CNBC, Selasa, 2 November 2021.
Menurut dia, Indonesia, dengan jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, dipandang sebagai peluang besar bagi pengusaha dan investor.
Pusat dari pertumbuhan ekonominya adalah jutaan kios di negara ini, yang menjual barang-barang konsumen yang bergerak cepat, seperti minuman dan makanan kemasan, serta barang-barang rumah tangga.
Pada Oktober 2021, Ula menutup putaran Seri B, dimana mengumpulkan US$87 juta atau sekitar Rp1,7 triliun.
Mehra mengatakan uang tunai akan digunakan untuk memperluas penawaran pasar yang ada, serta meluncurkan layanan yang disebut buy now, paylater untuk memberikan pinjaman kecil kepada pemilik kios.
Dalam 18 bulan ke depan, Mehra berharap dapat melipatgandakan jumlah merchant yang bekerja sama dengan Ula dari 70.000 hari ini menjadi 300.000 merchant.
Dia juga berharap dapat membantu pedagang memperluas ke kategori baru seperti pakaian dan teknologi, dengan tujuan akhir untuk menggandakan pendapatan mereka.
"Mengapa membatasi diri Anda pada barang-barang yang ada di toko Anda? Mengapa Anda tidak dapat memesan semua yang dibutuhkan pelanggan Anda? Mengapa Anda tidak bisa menjadi saluran itu?" katanya.
“Dalam pikiran saya, itulah yang akan mengarah pada bentuk ritel baru. Bukan sesuatu yang kita lihat di AS, bukan sesuatu yang kita lihat di China. Ini akan menjadi solusi khusus Indonesia yang unik," imbuhnya. (*)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Daniel Deha pada 02 Nov 2021