Telkom Bakal Perbesar Sinergi LinkAja, GoTo, dan Perusahaan Startup
Yunike Purnama - Sabtu, 28 Mei 2022 07:41JAKARTA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk akan memperbesar potensi sinergi LinkAja, GoTo, dan berbagai startup lainnya yang dimiliki BUMN telekomunikasi tersebut.
"Pertama tentunya yang paling mendasar adalah kami akan terus memperbesar potensi sinergi baik LinkAja, GoTo, maupun berbagai startup yang sudah dimiliki Telkom," ujar Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah dalam konferensi pers daring, Jumat, 27 Mei 2022.
Ririek menambahkan, selain itu juga mencari peluang-peluang baru sehingga startup-startup terus tumbuh dan secara tidak langsung memperbesar tingkat atau peluang yang diperoleh dari sinergi.
- Wali Kota Ternate Kenalkan Rempah Khas di Expo UMKM Apeksi
- Tok! PGN Tebar Deviden 67,8% dari Laba Bersih 2021
- Bima Arya Ajak Seluruh Wali Kota Doakan Putra Ridwan Kamil yang Hayut di Sungai Swiss
"Kami akan terus tumbuh tentunya dengan bekerja sama dengan seluruh pemegang saham di startup tersebut," katanya.
Berkaitan dengan GoTo, Ririek berharap tetap mengharapkan ada keuntungan, namun tidak hanya itu satu-satunya. Telkom juga mengharapkan adanya sinergi terutama antara GoTo dengan Telkomsel di dalamnya akan terdapat incremental revenue yang bisa dibukukan oleh Telkomsel.
"Mungkin agak berbeda dengan investor yang lain di mana mereka hanya fokus pada capital gain, sedangkan Telkom akan fokus pada keduanya yakni capital gain maupun incremental revenue yang diperoleh dari sinergi tersebut," kata Ririek.
Sebelumnya kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,50 persen membuat indeks seluruh saham global mengalami tekanan jual.
Investor baik di Indonesia maupun global berbondong-bondong melepaskan sahamnya dan beralih mengkonversi uangnya ke dolar AS. Saham yang banyak dilepas oleh investor saat ini adalah emiten di perusahaan teknologi.
Bahkan Softbank melalui investasinya Vision Fund mencatatkan kerugian rekor kerugian USD27 miliar atau Rp395 triliun akibat penurunan harga saham efek dari kebijakan The Fed. Sahamnya pun ditutup anjlok 11 persen jika dibandingkan harga saham bulan lalu.
- Yuk, Kenali Gejala dan Penyebab Cacar Monyet!
- Perbedaan ASN dan PNS yang Harus Diketahui
- YouTube Hadirkan Fitur Baru, Soroti Video Terbanyak Diputar Ulang
Saham perusahaan teknologi di Indonesia juga mengalami nasib yang mirip dengan investasi yang dilakukan oleh Softbank. Emiten bank digital seperti Bank Jago (ARTO) dan marketplace seperti BukaLapak (BUKA) dan Gojek Tokopedia (GOTO) mengalami koreksi yang cukup dalam.
Meski mengalami koreksi, Senior Vice President, Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza meyakini prospek industri digital di Indonesia masih cukup menjanjikan.
"Dengan penetrasi masyarakat akan layanan digital yang masih rendah, membuat potensi industri digital di Indonesia berpotensi untuk terus meningkat," pungkas dia.(*)