Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Yunike Purnama - Rabu, 05 Januari 2022 09:45BANDARLAMPUNG - Tahun baru, ekonomi Indonesia maupun global masih dalam proses pemulihan. Namun ada risiko ketidakpastian karena tantangan tapering off oleh The Fed, pandemi Covid-19 atau omicron, dan lainnya.
Apapun situasi dan kondisi perekonomian nasional maupun global, bukan berarti berhenti melakukan investasi. Investasi tetap harus jalan terus sebagai bekal persiapan masa depan.
Jika takut investasi pada instrumen berisiko tinggi, ada instrumen lain yang risikonya lebih aman, tetapi tetap menguntungkan.
Berinvestasi di masa penuh ketidakpastian harus cerdas. Jika tidak, alih-alih ingin cuan dari investasi, justru malah boncos. Berikut tips aman investasi di tengah ketidakpastian ekonomi 2022.
1. Siapkan dana nganggur
Investasi dengan dana menganggur
Melakukan investasi tidak melulu harus dengan modal besar, tapi memang harus ada alokasi khusus untuk mendanainya. Idealnya 10% atau 20% dari gaji sebulan.
Kamu bisa menambahkan modal dari bonus tahunan maupun Tunjangan Hari Raya (THR) untuk dana investasi. Namun pastikan bahwa kamu mengeluarkan modal investasi yang sanggup kamu tanggung untuk kehilangan.
Intinya, investasi harus menggunakan dana nganggur. Bukan utang, apalagi tanpa perhitungan matang. Di mana return investasi harus mampu untuk membayar cicilan utang pokok dan bunganya.
2. Pakai sistem perlahan, tapi pasti
Investasi secara bertahap. Dalam arti, 10% bulan ini, tambah lagi 10% di bulan depan. Misalnya di investasi saham. Beli saham sedikit demi sedikit sampai portofolio bertambah.
Tidak perlu langsung sekaligus modal besar, karena ekonomi masih dibayangi ketidakpastian. Kalau apes, kerugian tidak terlalu besar.
- Periskop 2022: IHSG Siap Cetak Rekor Baru
- Koperasi Multipihak Jadi Alternatif Bisnis Baru Milenial
- Ini Jadwal Penerimaan Mahasiswa Baru 2022, Jangan Terlewat!
3. Tidak mudah terpengaruh
Tidak mudah terpengaruh dalam investasi.Naik turunnya portofolio investasi dipengaruhi sentimen-sentimen yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Termasuk berita atau isu yang beredar di media.
Misalnya, media memberitakan utang emiten A sudah mengkhawatirkan. Hal ini mengakibatkan harga saham A turun.
Kamu tidak perlu terseret pemberitaan media sehingga memunculkan spekulasi bahwa harga akan terus merosot. Padahal kamu belum melakukan analisis, baik fundamental maupun teknikal.
Bagi beberapa perusahaan di sektor tertentu, wajar bila memiliki utang dengan rasio tertentu. Mungkin saja laba yang dicetak juga masih besar, prospek ke depan bagus, pemilik perusahaan punya kredibilitas oke.
Jadi, jangan buru-buru menjual saham A karena berita-berita atau sentimen yang sifatnya sementara. Sebelum mengambil keputusan, pikirkan dengan matang karena penurunan saham ada ujungnya, dan akan kembali rebound.
4. Investasi di instrumen menguntungkan
Tantangan tahun ini adalah tapering off oleh The Fed. Itu artinya ada potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Jika demikian, BI akan ikut mengerek BI-7 Day (Reverse) Repo Rate. Artinya, kupon atau yield obligasi alias surat utang bakal melambung.
Investasi obligasi akan terlihat lebih seksi dan menguntungkan, baik itu obligasi swasta maupun obligasi pemerintah.
Pun dengan investasi emas. Juga akan sangat menarik di tahun Macan Air. Tapering off oleh AS dan kenaikan suku bunga berpotensi menekan kurs rupiah. Seperti yang pernah terjadi di tahun 2013.
Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap USD, kecenderungannya harga emas akan menguat. Apalagi emas dianggap sebagai investasi aman dari berbagai situasi dan kondisi, serta berisiko kecil. Investasi emas jangka panjang dapat memberikan keuntungan sekitar 10-12% per tahun.
5. Diversifikasi investasi
Diversifikasi investasi di tengah ketidakpastian, penting untuk dilakukan dengan tujuannya untuk mengurangi risiko kerugian.
Biasanya diversifikasi investasi tersebut dipilih dari sifat pasar investasi masing-masing kategori yang saling berbanding terbalik, sehingga jika investasi X mengalami penurunan, maka investasi Y mengalami peningkatan.
Sebagai contoh, kamu investasi saham yang dikenal sebagai investasi ‘bunga’ tinggi dan berisiko tinggi. Maka, langkah diversifikasi investasi adalah tidak menaruh telur di keranjang yang sama.
Artinya, kamu juga harus investasi di instrumen atau aset rendah risiko guna mengurangi risiko kerugian apabila terjadi fluktuasi. Seperti investasi emas yang disebut-sebut safe haven atau paling aman atau investasi reksadana pasar uang maupun reksadana pendapatan tetap.
Dengan demikian, bila investasi saham sedang jeblok, investasi emas atau investasi reksadana tetap stabil. Bahkan mungkin saja menguat atau naik, sehingga dapat menutup kerugian yang kamu derita di investasi saham.
6. Tidak serakah
Setiap orang pasti berharap memperoleh keuntungan besar dari investasi. Kendati demikian, hindari terlalu rakus karena hasilnya pasti kurang baik.
Seperti halnya saat kamu punya target dan tercapai, tapi kamu malah mengubah target ke level yang lebih tinggi. Mewujudkannya tentu lebih sulit daripada target awal.
Misalnya di investasi saham. Sudah membuat trading plan saham bakal jual saham Adi harga Rp 6.000. Saat ini, harganya bergerak di level Rp 5.900.
Namun begitu sudah di level harga sesuai target, kamu malah menahan. Alih-alih melihat potensi kenaikan yang lebih tinggi dan cuan besar, ternyata malah menikuk ke bawah dan ke level 5.880. Inilah akibat terlalu tamak. Bukan untung, tetapi justru buntung.
7. Rajin Ikuti Perkembangan Ekonomi
Investor harus meluangkan waktu untuk mengamati atau membaca tren pergerakan pasar, terutama pada investasi yang sangat fluktuatif, seperti saham.
Selain itu, selalu update perkembangan ekonomi keseluruhan. Jadi, kamu mantap dalam mengambil keputusan investasi guna mencegah atau meminimalisir kerugian. (*)