Start Up Pertanian Tidak Menyentuh Petani Kecil

Eva Pardiana - Kamis, 30 Desember 2021 09:45
Start Up Pertanian Tidak Menyentuh Petani KecilNampak petani tengah memanen buah jambu biji merah di kawasan desa Cibening, Pamijahan, Bogor, Rabu 15 September 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (sumber: trenasia.com)

JAKARTA – Research Associate Center of Reform on Economics (CORE Indonesia), Dwi Andreas mengungkap meskipun perusahaan rintisan atau start up sektor pertanian kini menjamur tetapi belum berdampak pada pertumbuhan ekonomi petani kecil alias tataran akar rumput.

Berdasarkan survei dampak ekonomi digital terhadap petani yang dilakukan CORE Indonesia terhadap Asosiasi Bank dan Benih Tani Indonesia (AP2TI), kelompok petani kecil menjadi yang paling sedikit terdampak digitalisasi.

“Kelompok petani kecil dengan lahan kurang dari 0,5 hektare hasilnya 0,0 persen. Ekonomi digital sama sekali tidak berdampak ke kelompok tani kecil,” kata Dwi dalam Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2021 dikutip Kamis (30/12/2021).

Kemudian, pada kelompok tani dengan lahan lebih dari 0,5 hektare merasakan dampak penggunaan teknologi informasi sebesar 4,76%. Lalu kelompok petani yang sekaligus bergerak di bidang pengolahan sebesar 14,29%.

Selanjutnya, individu, organisasi atau koperasi yang membantu petani memasarkan produknya terdampak hingga 28,57%. Terakhir, kelompok pedagang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sendiri menerima manfaat digitalisasi hingga 42,86%.

“Kemunculan pemain-pemain baru di sektor pertanian dengan slogannya melindungi petani dan memotong rantai pasok ternyata tidak dinikmati oleh petani, melainkan pedagang,” tegas Dwi.

Asal tahu saja, Indonesia memiliki banyak perusahaan rintisan (start up) di bidang pertanian alias agritech. Beberapa di antaranya bahkan digadang-gadang berpotensi besar untuk menyandang status unicorn, seperti misalnya TaniHub, Igrow, dan Karsa.

Kendati dampaknya masih nihil pada kelompok tani kecil, faktanya transformasi digital menjadi pekerjaan rumah sekaligus peluang yang menjanjikan di masa depan.

Menurut laporan Driving the Growth of Agritech Ecosystem in Indonesia dari DSinnovate bersama Crowde, industri pertanian Tanah Air memiliki potensi besar untuk menggarap digitalisasi di sektor pertanian. 

Laporan itu menyebut, Indonesia memiliki 33,4 juta petani pada 2018. Dari total tersebut, hanya 4,5 juta atau 13,44% di antaranya yang telah memiliki akses ke internet. (*)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Ananda Astri Dianka pada 29 Dec 2021 

Editor: Eva Pardiana

RELATED NEWS