Risiko Keuangan Global yang akan Terjadi di 2022
Yunike Purnama - Kamis, 13 Januari 2022 13:26BANDARLAMPUNG - Advisor Menteri Keuangan Bidang Keuangan dan Keuangan Syariah, Halim Alamsyah mengatakan bahwa terdapat tiga risiko keuangan global di 2022 ini.
Risiko tersebut ialah fenomena inflasi dunia, ketidakpastian pasar dalam menyikapi kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed dan perkembangan kasus covid-19.
Terkait dengan fenomena inflasi dunia, Halim menegaskan bahwa saat ini inflasi di berbagai belahan dunia sedang mengalami peningkatan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh masalah supply atau pasokan yang tersendat dari berbagai negara.
"Tengah terjadi juga krisis energi akibat beberapa negara kesulitan mendapat pasokan batu bara dan energi lain. Juga permintaan yang selama covid-19 yang menurun akibat masyarakat takut keluar rumah dan menahan permintaan. Ketika covid-19 terkendali dan ada pelonggaran, terjadi kenaikan mobilitas dan menimbulkan peningkatan permintaan," ungkapnya dalam acara Market Outlook 2022 bertajuk Gaining from Global Disorder secara virtual, Rabu (12/1/2022).
- Smartphone TECNO POVA Seri Terbaru Akan Resmi Rilis di Indonesia
- IHSG Menguat Tipis pada Pembukaan Sesi Pertama
- Harga Emas Antam Naik Pada Kamis 13 Januari 2022
Menurut Halim, inflasi dunia menjadi lebih tinggi dikarenakan berbagai faktor ini. Selain itu, inflasi AS yang permanen juga dikatakan menjadi faktor yang tidak dapat dihindari dan akan memengaruhi perkembangan inflasi dunia.
"Dengan inflasi tinggi ini, The Fed akan segera menghentikan surat berharga yang akan berhenti memompa likuiditas, tidak hanya ekonomi AS, tapi dunia akan terpengaruh. Mengingat peran AS terhadap keuangan global besar, ini menimbulkan ketidakpasian ke pasar," kata Halim.
Terkait dengan ketidakpastian pasar dalam menyikapi kebijakan The Fed, gejolak suku bunga kan terjadi dan kurs dolar dikatakan akan meningkat. Dengan kecederunagan AS menaikkan suku bunga, otomatis akan menguatkan nilai dolar dan medorong mata uang negara-negara menengah akan bergejolak.
Meskipun demikian, Halim menegaskan bahwa Indonesia sangat beruntung karena tekanan rupiah dan kenaikan suku bunga belum dirasakan.
"Indonesia beruntung karena tekanan ke rupiah dan suku bunga belum kita rasakan, inflasi domestik juga rendah dan terkendali, serta ekspor kita sangat kuat, tapi bukan berarti risiko itu hilang di berbagai negara," ujarnya.
Sementara itu, terkait perkembangan kasus covid-19, Indonesia dikatakan dapat mengendalikan covid-19 dengan baik, bahkan kasus varian baru omicron dikatakan tidak seganas varian delta dan hal ini diharapkan Indonesia dapat bertahan dalam menangani pandemi sehingga akan menghilangkan salah satu risiko keuangan global. (*)