PP Muslimat NU Himbau Cegah Konsumsi Gula Berlebih Pengaruhi Perkembangan Otak Anak

Yunike Purnama - Senin, 07 Oktober 2024 17:08
PP Muslimat NU Himbau Cegah Konsumsi Gula Berlebih Pengaruhi  Perkembangan Otak AnakPP Muslimat NU Himbau Cegah Konsumsi Gula Berlebih Pengaruhi Perkembangan Otak Anak (sumber: Ist)

LAMPUNG TENGAH – Pembatasan penggunaan kental manis menjadi salah satu bahasan utama dalam edukasi gizi dan penentuan peran kental manis dalam pola makan anak yang digelar Muslimat NU di Bandar Jaya, Lampung Tengah. 

Hal ini menyusul kental manis menjadi salah satu faktor penyebab gangguan pola makan anak dan berujung gangguan gizi hingga stunting.

Perwakilan Dinas Kesehatan pemerintah kabupaten Lampung Tengah, Zahroh Mutmainah mengatakan penggunaan kental manis hanya untuk bahan tambahan untuk makanan, bukan sebagai susu untuk anak.

"Dampak stunting jangka pendek adalah terhambatnya perkembangan otak dan jangka panjangnya yakni penurunan fungsi kognitif dan mudah terserang penyakit," ujar Zahroh.

Zahroh menegaskan bahwa Stunting merupakan masalah gizi kronis. Stunting dimulai dari pertumbuhan tinggi yang kurang dan berat badan tidak naik bahwa cenderung turun.

Penderita stunting juga lebih rentan terserang penyakit dan memiliki gangguan keterbatasan dikemudian hari. Dia mengungkapkan, stunting disebabkan kekurang asupan gizi sebelum hamil, kurang pengetahuan ibu terkait gizi dan pola asuh anak serta terbatasnya akses air bersih dan sanitasi dan makanan penuh gizi.

Oleh karena itu, Zahroh meminta masyarakat untuk berhati-hati saat akan memberikan asupan gizi pada anak, terutama pemilihan susu. Dia meminta ibu-ibu agar tidak memberikan asupan gizi yang salah seperti kental manis sebagai pengganti susu.

"Akibat diberikan terlalu banyak gula eh malah jadi gemuk. Ingat, anak sehat nggak selalu gemuk," katanya.

Kendati, Zahroh menyayangkan temuan di lapangan yang mendapati kalau masih banyak ibu memberikan kental kepada bayi dan balita. Yang lebih mengecewakan lagi, sambung dia, pemberian kental manis pada anak itu acap kali dibanggakan dan dipublikasi oleh content creator di media sosial.

"Pemerintah kita masih toleran dengan gula, tapi WHO itu sudah sangat khawatir. Ingat, gula itu tidak selalu berbentuk pasir tetapi bisa dalam bentuk lain misal minuman kemasan atau kecap dan sebagainya," katanya.

Ketua VIII PP Muslimat NU, Ariza Agustin meminta agar para anggota muslimat harus ikut melakukan pencegahan sedini mungkin guna menekan angka stunting di Indonesia, khususnya Lampung Tengah. Dia mengungkapkan, saat ini ada peningkatan angka stunting di provinsi Lampung pada 2024 berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI).

"Padahal Lampung wilayah perairan yang banyak protein, tapi kenapa naik? Apakah kita kurang memiliki upaya untuk memanfaatkan potensi di sekeliling supaya anak-anak punya status gizi yang baik," katanya.

Ariza menegaskan bahwa stunting ikut berkontribusi menyebabkan Indonesia tidak bisa keluar dari zona middle income trap.

"Selain karena pendapatan yang belum mencapai batasan per kapita, tapi penting membuat anak-anak kita sehat. Kita berharap anak-anak yang lahir sekarang atau batita saat ini, nanti di 2044 mereka bisa bersaing," katanya.(*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS