OJK: Generasi Milenial Lebih Tertarik dengan Investasi Berkelanjutan
Yunike Purnama - Sabtu, 13 Agustus 2022 17:14JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan generasi milenial di dunia lebih tertarik kepada investasi berkelanjutan atau investasi yang memiliki dampak positif pada sosial dan lingkungan.
"Berdasarkan studi, generasi milenial yang berinvestasi justru lebih banyak kepada investasi berkelanjutan secara proporsional dari keseluruhan portofolio mereka dibanding dengan generasi yang lebih tua," kata Mahendra dalam acara LIKE IT: Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments, dikutip Sabtu, 13 Agustus 2022.
Ia memaparkan investor global yang berusia 18-36 tahun mengaku menginvestasikan rata-rata 41 persen dari portofolionya pada investasi berkelanjutan.
- Tips UMKM Raih Cuan dari Jualan di TikTok
- Perubahan APBD Bandar Lampung 2022, Belanja Lebih Besar dari Pendapatan
- Ketua Dewan Pers Persilahkan SMSI Daftarkan Seluruh Anggota untuk Diverifikasi
Dengan demikian investasi generasi milenial tersebut dilakukan pada produk perusahaan dan lembaga yang memiliki kegiatan bisnis serta mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, memperhatikan kesejahteraan masyarakat, dan dilaksanakan memenuhi prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG).
Di Indonesia, ungkapnya, investor generasi milenial dan generasi Z pun mulai mendominasi pasar modal, yang berjumlah sebanyak 81 persen dari 9,3 juta investor pasar modal di Tanah Air per Juni 2022.
- OJK: Ajang SPIRIT 2022 Upaya Perkuat Sinergi Sektor Jasa Keuangan Lewat Olah Raga dan Seni
- Turun Rp2.000, Cek Harga Emas Antam di Pegadaian Selasa, 9 Agustus 2022
- IIB Darmajaya Lepas 491 Mahasiswa PKPM di Lampung Selatan
Salah satu pendorong utama masuknya investor muda ke pasar modal Indonesia adalah tingkat literasi mengenai investasi yang semakin tinggi, ditopang berbagai kanal informasi yang semakin mudah diakses terutama di media sosial.
Di sisi lain digitalisasi juga membuat proses transaksi efek di pasar modal semakin mudah dan terjangkau, termasuk pembukaan rekening efek yang kini bisa dilakukan melalui internet, salah satunya melalui agen penjualan di perusahaan teknologi finansial (financial technology/fintech).
"Digitalisasi ini juga terjadi berkat dorongan pandemi covid-19 yang memberi momentum tambahan," tutur Mahendra. (*)