Nilai Kurs Rupiah Melemah 1.309,5 Poin Sepanjang Tahun 2022

Yunike Purnama - Minggu, 01 Januari 2023 09:13
Nilai Kurs Rupiah Melemah 1.309,5 Poin Sepanjang Tahun 2022Ilustrasi kurs Rupiah terhadap Dolar AS (sumber: Ismail Pohan/TrenAsia)

BANDAR LAMPUNG - Pada akhir 2022, nilai kurs rupiah tercatat telah melemah sebanyak 1.309,5 poin atau 9,18% sepanjang tahun.

Menurut pantauan Bloomberg, pada perdagangan 31 Desember 2021, nilai kurs rupiah ditutup di posisi Rp14.263 perdolar Amerika Serikat (AS).

Kemudian, pada perdagangan 30 Desember 2022, nilai kurs rupiah ditutup di level Rp15.572,5 perdolar AS.

Menurut pembacaan dari Tim Kajian Outlook Ekonomi di Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan berada di kisaran Rp15.576 per-dolar AS.

Kemudian, BRIN juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan berada di kisaran 4,9-5,2% sementara inflasi akan berada di rentang 3,25-3,75%.

Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Pihri Buhaerah mengatakan bahwa proyeksi tersebut dibuat berdasarkan data-data ekonomi yang tercatat saat ini.

Pihri menyampaikan juga bahwa secara garis besar, perekonomian Indonesia pada tahun 2023 kemungkinan masih akan positif. Namun, ada beberapa catatan yang perlu dicermati.

Catatan tersebut di antaranya berkaitan dengan potensi inflasi yang tinggi, resesi di negara maju, serta harga minyak.

“Dari sinyal yang kami tangkap di pasar, secara keseluruhan 2022 ini lebih baik dari 2021, kemudian 2023 kemungkinan terjadi perlambatan sehingga akan lebih rendah dari 2022,” ujar Pihri dikutip dari keterangan tertulis, Minggu, 1 Januari 2023.

Pihri pun menyampaikan, kondisi yang menekan makroekonomi global sepanjang tahun 2022 dipicu oleh konflik Rusia-Ukraina yang memicu tingginya harga komoditas.

Tingginya komoditas itu pun memicu kenaikan inflasi di negara-negara tujuan ekspor Indonesia, di antaranya Amerika Serikat, China, Jepang, dll.

Tingginya inflasi di negara-negara maju pun pada gilirannya mendorong bank-bank sentral di seluruh dunia untuk mengerek suku bunga yang kemudian mendorong perlambatan ekonomi secara global. (*)

Editor: Redaksi
Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS