Mirae Sekuritas Prediksi IHSG Bisa Tembus 7.600 di Semester II-2023
Yunike Purnama - Senin, 10 Juli 2023 15:36JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menyentuh level 7.600 pada semester II-2023.
Prediksi penguatan tersebut dikarenakan status pandemi yang dicabut oleh World Health Organization (WHO) dan minimnya dampak kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed).
Head of Investment Information Mirae Asset Martha Christina menyampaikan bahwa para investor tidak perlu khawatir atas dampak dari kenaikan suku bunga acuan yang diprediksi naik dua kali lagi.
Dengan potensi pengerekan sebesar 25 basis poin perkenaikannya, suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) diperkirakan bisa naik hingga 5,75% dari posisi 5%-5,25% yang tercatat untuk saat ini.
Akan tetapi, investor tidak perlu khawatir atas dampak dari pengetatan kebijakan moneter tersebut karena investasi asing di pasar saham dan obligasi Indonesia dinilai cukup terkendali.
- Produk Tembakau Alternatif Bukan Pemicu Masalah Kesehatan Gusi
- Melihat Penerapan ESG pada Industri Material Indonesia
- Ternyata Ini Penyebab Mengapa Suka Menunda Pekerjaan
Dampak The Fed
"Tren kenaikan Fed Rate memang dapat memicu arus dana investor asing keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia, tetapi dampaknya tidak akan besar karena saat ini porsi investor asing pada pasar saham dan pasar obligasi relatif rendah," ujar Martha dikutip dari keterangan yang diterima TrenAsia, Senin, 10 Juli 2023.
Disampaikan oleh Martha, porsi transaksi investor asing pada transaksi harian pasar saham hanya sekitar 35% sementara porsi kepemilikan investor asing pada surat berharga negara (SBN) rupiah tercatat lebih kecil lagi, yakni hanya 15%.
Angka tersebut dikatakan Martha lebih rendah dibanding 45% dan 35% yang tercatat pada 10 tahun lalu ketika taper tantrum (kondisi ekonomi yang penuh pergolakan karena bank sentral AS mengetatkan kebijakan moneternya).
Taper tantrum pada saat itu terjadi setelah pengurangan stimulus The Fed pada tahun 2013 yang mana pada gilirannya hal tersebut memicu penguatan nilai tukar dolar AS.
Martha mengatakan, dengan menciutnya proporsi investasi asing dibandingkan 10 tahun yang lalu, IHSG pun berpotensi untuk menguat walaupun The Fed menegaskan bahwa pihaknya akan menaikkan suku bunga dua kali lagi untuk tahun ini.
Tidak hanya faktor yang berasal dari dicabutnya status pandemi dan minimnya dampak kenaikan suku bunga, Martha menilai bahwa ada beberapa variabel lainnya yang dapat mendukung penguatan IHSG.
Variabel yang dimaksud di antaranya adalah nilai investasi asing langsung atau foreign direct investment/FDI) yang tinggi dan makroekonomi yang baik, khususnya berkaitan dengan neraca berjalan dan cadangan devisa valas.
Kemudian, faktor lainnya adalah potensi kenaikan tingkat produktivitas masyarakat, potensi kenaikan harga komoditas pertanian, dan valuasi IHSG yang relatif murah.
Martha menjelaskan, FDI meroket setelah adanya larangan ekspor nikel. Sementara itu, produktivitas masyarakat berpotensi naik karena lebih sedikitnya hari libur yang diperkirakan dapat meningkatkan produktivitas sedikit-dikitnya sebesar 10%.
Untuk potensi kenaikan harga komoditas, Mirae Asset memperkirakan harga soft commodities, termasuk crude palm oil (CPO), dapat naik jika fenomena El Nino datang lebih awal dari prediksi.
Sementara itu, IHSG dikatakan Martha memiliki valuasi yang relatif murah karena nilainya yang masih berada pada 13,6 kali dari nilai rasio harga saham perlaba berdasarkan prediksi setahun penuh pada 2023.
Angka tersebut masih lebih rendah dibanding indeks saham utama negeri tetangga sperti FTSE Malaysia dan SET Thailand yang masing-masing berada di angka 13,4x dan 16,3x.
Seiring dengan faktor-faktor yang disebutkan di atas, Mirae Asset merekomendasikan delapan saham yang dapat menjadi pilihan utama, yaitu saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). (*)