Mirae Asset: Industri Semen Dapat Rekatkan Ketahanan Ekonomi di Tahun Politik
Yunike Purnama - Kamis, 08 Juni 2023 19:20JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi bahwa industri semen dapat mendukung ketahanan ekonomi Indonesia yang solid di masa-masa tahun politik dan gejolak suku bunga yang tinggi.
Senior Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa pemerintah menaikkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur pada tahun ini menjadi Rp392 triliun, naik 7,1% dari Rp365,8 triliun pada 2022.
Anggaran tersebut akan difokuskan untuk pelayanan dasar seperti pembangunan rumah, sekolah, hingga penyediaan air minum, serta konektivitas termasuk jalan arteri dan jalan tol.
"Namun, realisasi belanja infrastruktur baru Rp59.7 trililun hingga April (setara 15,2% total anggaran 2023). Realisasi belanja infrastruktur perlu dipercepat untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dengan akselerasi pembangunan infrastruktur, tingkat permintaan semen juga akan mengalami kenaikan," ujar Rully dalam Media Day pada Kamis, 8 Juni 2023.
Rully pun menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia secara konsisten mencatatkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi dalam lima kuartal terakhir, didukung oleh konsumsi rumah tangga seiring dengan efektivitas penanganan pandemi COVID-19.
- KAI Ganti Kursi Kereta Api Ekonomi untuk 12 Gerbong, Target Selesai 2023
- Cek Harga Emas Antam di Pegadaian Sabtu, 3 Juni 2023
- BTN dan Polda Bongkar Kejahatan Karyawan Bermodus Bunga Deposito Tinggi
Potensi Perlambatan
Akan tetapi, Rully tidak menampik fakta bahwa dengan tingginya ketidakpastian global, ditambah dengan menurunnya harga-harga komoditas serta dampak lanjutan dari pengetatan moneter, maka terdapat potensi terjadi perlambatan dalam beberapa kuartal ke depan.
Rully mengungkapkan bahwa akselerasi pembangunan infrastruktur diharapkan dapat menopang perekonomian dari potensi perlambatan.
Hingga saat ini, Rully melihat bahwa kebijakan fiskal masih tetap difokuskan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi sementara kebijakan moneter masih difokuskan untuk menjaga stabilitas ekonomi, termasuk inflasi, dan volatilitas nilai tukar.
Research Analyst Mirae Asset Emma Almira Fauni menyampaikan bahwa kinerja dua emiten semen raksasa yang tercatat di bursa, yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), menunjukkan kinerja positif sejak awal tahun, terutama untuk periode kuartal I-2023.
Walaupun trennya mengalami penurunan dibanding kuartal sebelumnya, kinerja kuartal pertama tahun ini tetap mengindikasikan pertumbuhan signifikan dibanding kuartal I-2022.
"SMGR unggul dibanding INTP karena penurunan kinerja kuartal I-2023 secara quarter-on-quarter (qoq) SMGR lebih terkendali dari INTP sehingga tekanan harga di pasar untuk SMGR dapat lebih melunak. Kedua, INTP mampu memperbesar pangsa pasarnya di luar Jawa dan dapat lebih diuntungkan karena dua faktor tahun ini, yaitu penurunan harga batu bara dan ekspansi porsi domestic market obligation (DMO) INTP," katanya.
- Pemkot Anggarkan Rp 52 Miliar, Tukin dan Gaji ke-13 Cair Sebelum Idul Adha
- Jalan Sehat HUT ke-341 Kota Bandar Lampung Berhadiah Satu Unit Rumah
- Pupuk Kaltim (PKT) Sabet Peringkat Tertinggi ESG Risk Rating untuk Sektor Agrokimia Tingkat Dunia
4 Keunggulan Industri Semen
Menurut Emma, ada empat faktor yang membuat industri semen dinilai memiliki prospek yang lebih baik dibandingkan tahun 2022.
Dua faktor yang pertama adalah normalisasi harga energi dan kompetisi yang semakin kondusif setelah konsolidasi industri setelah rampungnya akuisisi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) oleh SMGR, serta perjanjian sewa dan penggunaan aset semen Bosowa oleh INTP.
Sementara itu, dua faktor lainnya adalah utilisasi pabrik yang sudah sangat rendah sehingga kemungkinan akan membaik, serta potensi pemangkasan suku bunga yang diproyeksikan dapat mendorong permintaan properti.
Untuk tahun ini, Emma memprediksi pertumbuhan kinerja penjualan semen akan tetap tumbuh meskipun tidak besar, yakni di kisaran 0%-5% dibanding tahun lalu yang mencatat penurunan 3%.
"Pertumbuhan penjualan semen itu, ditambah masih menjanjikannya konsumsi rumah tangga nasional, diprediksi akan turut menopang ketahanan perekonomian nasional," lanjut Emma.
Emma pun mengatakan bahwa saham emiten semen dalam negeri masih sangat menarik bagi investor asing karena kinerja kuenagannya memiliki profitabilitas yang tinggi dengan gross profit margin (GPM) 30% dibanding industri semen global, terutama China dan negara Asia lainnya yang GPM-nya tercatat di kisaran 15%.
Kinerja tersebut berbalik dari valuasi harga saham di pasar, yang mana valuasi produsen semen lokal masih lebih murah dengan PE Ratio 20x dibanding negara Asia lainya yang mencatat PE Ratio 35x.(*)