LPS: Permodalan Bank Tergolong Kuat dan Masih Mampu Menyerap Risiko

Yunike Purnama - Sabtu, 28 Januari 2023 14:19
LPS: Permodalan Bank Tergolong Kuat dan Masih Mampu Menyerap RisikoIlustrasi pelayanan pegawai Bank Muamalat melayani nasabah. (sumber: Ismail Pohan/TrenAsia)

JAKARTA - Kinerja industri perbankan tetap terjaga baik dan tumbuh positif sepanjang tahun 2022. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa.

"Kinerja industri perbankan terus tumbuh dan membaik sepanjang tahun 2022, baik dari sisi permodalan, likuiditas dan intermediasi keuangan," ujar Purbaya secara virtual pada Kamis, 26 Januari 2023 lalu.

Dia menyampaikan kondisi perbankan yang baik tercermin dari kondisi likuiditas yang ample, tercermin dari rasio alat likuid terhadap non core deposit (AL/NCD) dan AL/DPK masing-masing sebesar 137,69 persen dan 31,20 persen.

Permodalan bank juga tergolong kuat dan diyakini mampu menyerap risiko yang dihadapi dengan CAR sebesar 25,43%. Risiko kredit cenderung menurun yang dapat dilihat dari rasio NPL gross sebesar 2,44%, sementara itu loan at risk (LaR) sebesar 14,05%.

"Penurunan risiko kredit tersebut antara lain disebabkan membaiknya kualitas kredit yang direstrukturisasi dampak Covid-19," imbuhnya.

Lebih lanjut ia menuturkan kinerja intermediasi keuangan juga terus membaik. Pada Desember 2022, kredit perbankan tumbuh sebesar 11,35% yoy, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9,01% yoy.

Sementara perkembangan suku bunga pasar simpanan (SBP) untuk simpanan rupiah terpantau naik sebesar 11 basis poin (bps) menjadi sebesar 2,95% pada periode observasi 20 Desember 2022 hingga 16 Januari 2023 dibandingkan periode penetapan sewaktu-waktu Desember 2022.

Hal itu menunjukkan bahwa perbankan secara bertahap merespon kenaikan suku bunga acuan bank sentral (BI7DRR). Meskipun demikian, kondisi likuiditas yang masih relatif longgar potensial mempengaruhi kecepatan bank dalam merespon kenaikan BI7DRR.

Sementara itu, SBP simpanan valas di periode observasi yang sama (20 Desember - 16 Januari 2023) terpantau naik sebesar 11 bps menjadi sebesar 1,48% jika dibandingkan periode penetapan sewaktu-waktu Desember 2022.

"Kenaikan SBP valas ini berlanjut sejalan dengan tren kebijakan suku bunga The Fed yang masih meningkat untuk mengatasi gejolak inflasi global, khususnya di negara-negara maju," tutup Purbaya.(*)

Editor: Redaksi
Tags LPSBagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS