Ketua DK OJK: Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga Stabil dan Resilien
Yunike Purnama - Rabu, 06 September 2023 03:55JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan bahwa saat ini sektor jasa keuangan indonesia masih tetap terjaga stabil dan resilien.
Hal ini dilihat berdasarkan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai, serta profil risiko yang terjaga, di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam pembukaan Konferensi Pers: Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulan Agustus 2023 pada Selasa, 5 September 2023.
- Jadwal Mundur Lagi, Kereta Api Cepat Beroperasi Oktober 2023
- UNICEF Dorong Pemimpin ASEAN Fokus Berinvestasi ke Anak-anak
- Butuh Dana Rp448 Kuadriliun unttuk Transisi Energi ASEAN
- Rawan Konflik Global, Indonesia Ingatkan ASEAN Tak Jadi Proksi Kekuatan
Ia juga memaparkan kondisi pertumbuhan ekonomi beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara di benua Eropa
“Divergensi perekonomian global masih berlanjut dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan resiliensi di tengah inflasi inti yang terus menurun. Resiliensi ekonomi tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed dapat lebih hawkish,” terangnya secara virtual melalui akun YouTube Otoritas Jasa Keuangan.
Sebagai perbandingan, Mahendra mengatakan bahwa di Eropa, pertumbuhan ekonomi disebut kembali menurun menjadi 0,6% year on year (yoy) pada triwulan II-2023 dari. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Eropa sempat menyentuh 1,1% pada triwulan sebelumnya secara yoy. "Sementara inflasi inti masih tetap tinggi.” tambahnya.
Pada sisi lain, momentum pemulihan ekonomi Tiongkok termoderasi. Indikator ekonomi Tiongkok tercatat di bawah ekspektasi dengan inflasi yang masuk ke zona deflasi dan kinerja eksternal yang terkonversi.
“Selain itu, tekanan pada sektor properti di Tiongkok kembali meningkat seiring munculnya permasalahan pada beberapa pengembangan properti besar,” ujar Mahendra.
Sementara itu, ekonomi Indonesia tumbuh positif pada triwulan II-2023 sebesar 5,17% yoy, naik dari triwulan sebelumnya 5,04%. Pertumbuhan ini didorong kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang baik.
Namun demikian, kata dia lagi, perlu dicermati kecenderungan pelemahan indikator optimisme konsumen, tren penurunan inflasi inti, dan berlanjutnya penurunan harga komoditas yang telah menekan kinerja eksternal Indonesia.
“Dinamika perekonomian tersebut mendorong pelemahan pasar keuangan global, baik di pasar saham, surat utang, maupun pasar nilai tukar, yang juga disertai terjadinya peningkatan volatilitas pasar dan outflow dari mayoritas pasar keuangan emerging market, termasuk pasar keuangan Indonesia,” tutupnya.(*)