Inflasi Meningkat, ECB Akhirnya Naikkan Suku Bunga Acuan Setelah 11 Tahun
Yunike Purnama - Jumat, 22 Juli 2022 09:08
JAKARTA - Bank Sentral Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 11 tahun. Langkah ini dilakukan seiring dengan pertumbuhan harga konsumsi yang tidak terkendali.
Dengan inflasi yang sudah mendekati angka dua digit, kebijakan menaikkan suku bunga menjadi sangat diperlukan. Dampak perang Rusia-Ukraina telah membuat perekonomian tertekan.
Meski demikian, pembuat kebijakan masih belum bersepakat terkait langkah apa yang akan diambil untuk merespons kondisi tersebut. Eropa cukup tertinggal dari negara lainnya yang sudah lebih dulu menaikkan suku bunga.
- Istaka Karya, BUMN Konsorsium Konstruksi yang Hanya Bertahan 36 Tahun
- PLN Ungkap Alasan Mengapa Infrastruktur Kendaraan Listrik Masih Terpusat di Jakarta
- Pemkot Bandar Lampung Kenalkan Menu Sehat Khas Daerah Lewat Lomba Memasak
Sampai saat ini ECB hanya memberi sinyal kenaikan bunga acuan sebesar 25 bps. Namun, ECB juga memberi sinyal untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi sebesar pada beberapa bulan mendatang karena melihat prospek inflasi yang kian memburuk.
"Kami melihat potensi kenaikan 50 bps pada September tetap ada. Kami memperkirakan kenaikan 50 bps juga terjadi pada Oktober," kata BNP paribas dilansir Reuters dikutip Jumat, 22 Juli 2022.
Pasar sekarang melihat kenaikan senilai hampir 100 bps pada bulan September. Hingga akhir tahun 2022, ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan mencapai 170 bps dengan beberapa kenaikan 50 bos di sepanjang jalan.
- PSC Bandara Naik, Tiket Pesawat Semakin Mahal per 16 Juli 2022
- Harga Emas Antam di Pegadaian Rp997.000 per Gram pada Sabtu, 16 Juli 2022
- NFT Mahasiswa Prodi Bisnis Digital Darmajaya Curi Perhatian Juri Dalam Pitching DSC 2022
Kondisi semakin dipersulit dengan adanya penurunan euro ke level terendah terhadap dolar AS belum lama ini. Tekanan terhadap inflasi di Eropa pun terus meningkat. Sehingga menaikkan suku bunga yang lebih besar pun dimungkinkan meski pada akhirnya harus memangkas pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, ECB harus melindungi lebih banyak negara seperti Italia atau Spanyol dari melonjaknya biaya pinjaman. Sehingga kesepakatan pada skema pembelian obligasi baru juga akan dibutuhkan. (*)