Hilirisasi Nikel Diproyeksi Dapat Meningkatkan Nilai Rantai Produksi
Yunike Purnama - Senin, 26 Juni 2023 19:27JAKARTA - Sebagai komponen utama baterai dan stainless steel (baja khusus), serta seiring pergeseran penggunaan kendaraan dengan bahan bakar fosil digantikan kendaraan listrik yang meningkat, nikel akan berperan penting dalam dalam upaya optimalisasi ekonomi Indonesia pada masa mendatang.
Saat ini sektor pertambangan nikel menjadi sektor unggulan dikarenakan tingginya permintaan pasar internasional dalam dasawarsa ini.
Hilirisasi ini diyakini dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak, terutama bagi masyarakat di sekitar area pertambangan. Untuk mendorong perekonomian Indonesia, bijih nikel harus dimaksimalkan melalui penambahan nilai manfaat produk lewat program hilirisasi nikel.
- Kemenkeu: Target Pendapatan Negara Capai 49,1 Persen
- Dana Kelolaan Nasabah BSI Prioritas Capai Lebih dari Rp60 Triliun per Maret 2023
- Stagnan! Cek Harga Emas Antam di Pegadaian Senin, 26 Juni 2023
Adanya hilirisasi nikel diyakini dapat meningkatkan nilai rantai produksi, bahan baku bijih nikel dapat terlindungi dari fluktuasi harga diujung hilir. Sebagaimana dikutip TrenAsia.com dari data Kementerian ESDM pada 26 Juni 2023, diketahui pada Juli 2020, Indonesia memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 11.887 juta ton dan cadangan logam meningkat menjadi 174 juta ton.
Pada tahun 2019, Indonesia muncul sebagai produsen bijih nikel terbesar di dunia. Dari 2,67 juta ton produksi nikel dunia, Indonesia menghasilkan 800 ribu ton.
Sementara itu, dilansir dari brin.go.id menerangkan bahwa pertumbuhan ndustri pengolahan nikel, baik menjadi feronikel maupun nikel kimia untuk baterai, tentunya akan meningkatkan pendapatan negara.
"Di sisi lain, pemanfaatan bijih ini akan menurunkan cadangan nikel secara cepat, dan memungkinkan juga akan terjadi degradasi lingkungan,” ujar salah satu peneliti Pusat Penelitian Metalurgi Iwan Setiawan dalam kajian bertajuk ‘Piro dan Hidrometalurgi Nikel Laterit’.
Dalam paparannya, Iwan menjelaskan Indonesia memiliki cadangan nikel yang sangat besar, salah satu terbesar di dunia. Tumbuhnya industri pemurnian nikel baik ferro nikel maupun nikel kimia untuk pembuatan baterai listrik tentunya akan meningkatkan penerimaan negara. Sementara itu dampak eksploitasi bijih ini akan cepat mengurangi cadangan nikel, dan tidak menutup kemungkinan lingkungan akan semakin rusak.
- Hampir Separuh Pekerja Gen Z Merasa Stres Tanpa Ujung, Apa Penyebabnya?
- Momen Hari Keamanan Pangan Sedunia, Mengenal Makanan Sehat dan Aman
- Penyaluran Kredit Baru Tumbuh Signifikan pada Mei 2023
Dampak Hilirisasi Nikel Peningkatan Pendapatan Daerah
Penelitian yang dilakukan oleh Institute for Economic and Financial Development (INDEF) memaparkan hasil akhir eksplorasi nikel di Tanah Air. Dalam kajian berjudul “Dampak Investasi Sektor Pertambagan Terhadap Kinerja Perekonomian Nasional dan Regional”, INDEFmenemukan bahwa terdapat empat provinsi di Indonesia sebagai penghasil utama nikel yang mengalami peningkatan investasi di sektor hilir. Keempat provinsi tersebut adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
Sulawesi Selatan sendiri pada tahun 2022 telah mengolah 2,6 juta ton bijih nikel dan menciptakan lapangan kerja baru untuk 36.207 orang. Provinsi Maluku Utara telah mengolah 34,9 juta ton bijih besi, tertinggi di antara tiga provinsi lainnya, dan menyediakan lapangan kerja bagi 8.939 orang.
Peningkatan tersebut mememberi dampak yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan dan perekonomian daerah, dalam kajian tersebut disebutkan pula provinsi yang menerapkan kebijakan ini mampu meningkatkan pembangunan ekonomi lainnya seperti pendapatan, konsumsi, serta membuka lebih banyak kesempatan kerja.
Kesimpulan INDEF dalam kajian ini adalah bahwa investasi dan efek hilir sektor pertambangan berdampak positif terhadap peningkatan kegiatan ekonomi baik diwilayah pertambangan maupun ditingkat nasional. Jika hilirisasi ini dilakukan secara menyeluruh, maka akan memberikan sumbangsih yang signifikan bagi industri dalam negeri. (*)