Desember 2021 Lampung Inflasi 0,99 Persen
Yunike Purnama - Selasa, 04 Januari 2022 09:01BANDARLAMPUNG – Desember 2021, Indeks Harga Konsumen (IHK) Lampung mengalami kenaikan dari 107,63 pada November 2021 menjadi 108,69 pada Desember 2021. Dengan demikian terjadi inflasi sebesar 0,99 persen.
IHK Provinsi Lampung pada 2021 tercatat berada pada kisaran sasaran 3,0±1%. Capaian inflasi IHK tahun 2021 tercatat sebesar 2,19% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2020, yakni 2,00% (yoy).
Peningkatan tekanan inflasi tersebut didorong oleh adanya peningkatan harga komoditas dunia, faktor cuaca dan penyesuaian tarif cukai rokok ditengah terbatasnya permintaan masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Budiharto Setyawan memaparkan, peningkatan tekanan inflasi di tahun 2021 terjadi pada kelompok inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (VF) dan harga yang diatur pemerintah (AP). Inflasi kelompok VF terpantau meningkat sebesar 5,50% (yoy) dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar 4,19% (yoy).
Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh adanya peningkatan harga komoditas global yang berdampak langsung terhadap harga pada komoditas VF, serta faktor cuaca tahun 2021 yang cenderung kemarau basah sehingga mempengaruhi produksi komoditas pangan.
Sementara itu, kelompok AP terpantau mengalami peningkatan sebesar 2,40% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yakni 1,35% (yoy). Meningkatnya inflasi komoditas AP didorong oleh adanya peningkatan tarif cukai rokok yang ditransmisikan sepanjang tahun 2021.
Sementara itu, tekanan inflasi pada kelompok inti lebih terkendali dibandingkan tahun lalu, seiring dengan permintaan masyarakat yang belum sepenuhnya pulih akibat adanya pembatasan mobilitas di tahun 2021 yang disebabkan oleh merebaknya Covid-19.
- Telkom Akuisisi Saham Sigma Tata Sadaya, Perkuat Bisnis Data Center
- LinkAja Hadirkan Fitur Layanan untuk Korporasi dan UMKM
- Trafik Broadband Telkomsel Naik Hingga 22 Persen di Natal dan Tahun Baru 2022
“Tekanan inflasi IHK Provinsi Lampung pada Desember2021 meningkat yaitu sebesar 0,99% (mtm), lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,53% (mtm),” jelasnya.
Sedangkan rata-rata inflasi Desember dalam 3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,68% (mtm). Pencapaian tersebut juga lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yang masing-masing tercatat sebesar 0,57% (mtm) dan 0,51% (mtm).
Selain itu, secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung tercatat sebesar 2,19% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional dan Sumatera yaitu sebesar 1,87% (yoy) dan 1,91% (yoy).
Secara spasial, dibandingkan 24 kota perhitungan inflasi se-Sumatera, inflasi Kota Bandarlampung dan Kota Metro pada bulan Desember 2021 tergolong tinggi dan masing-masing menempati urutan ke-3 dan ke-4.
Dilihat dari sumbernya, tekanan inflasi pada bulan Desember 2021 didorong oleh peningkatan tekanan harga pada sub kelompok makanan dengan andil 0,85% (mtm).
"Adapun beberapa komoditas penyumbang inflasi terbesar antara lain cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras, beras dan minyak goreng dengan andil masing-masing sebesar 0,20%, 0,13%, 0,12%, 0,11% dan 0,08%," paparnya.
Kenaikan harga aneka cabai didorong oleh terbatasnya pasokan akibat terganggunya produksi yang disebabkan oleh tinggi nya curah hujan pada periode berjalan.
Selain itu, kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan seiring dengan masuknya periode HBKN Nataru, pembatasan Nataru yang lebih permisif (pembatalan PPKM level 3) serta adanya event Muktamar NU pada akhir tahun 2021 di Provinsi Lampung.
Sementara itu, kenaikan harga beras didorong oleh belum masuknya masa panen dan peningkatan permintaan pada Nataru.
Selanjutnya, kenaikan harga minyak goreng masih disebabkan oleh berlanjutnya peningkatan harga komoditas CPO dunia sebagai bahan baku utama. Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi pada periode Desember 2021 tertahan oleh deflasi yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya air kemasan, biaya administrasi transfer uang, tomat, bawang merah, dan jeruk dengan andil masing-masing sebesar -0,02%, -0,006%, -0,006%, -0,004% dan -0,004%.
Penurunan harga yang terjadi pada komoditas air kemasan didorong oleh strategi pemasaran dari pedagang untuk meningkatkan penjualan akhir tahun. Sementara itu, biaya administrasi transfer uang mengalami deflasi seiring dengan diberlakukannya BI-FAST yang mendorong penurunan biaya transfer uang menjadi Rp2.500 per transaksi.
Di sisi lain, masuknya masa panen pada sentra produksi untuk komoditas tomat, bawang merah dan jeruk turut mendorong penurunan harga. (*)