Dari Rumah Panggung ke Desa Mandiri, Jorong Tabek Bangun Ekonomi Sirkular

Eva Pardiana - Senin, 18 Agustus 2025 15:01
Dari Rumah Panggung ke Desa Mandiri, Jorong Tabek Bangun Ekonomi SirkularPlastik, botol yang dikumpulkan warga dicatat sebagai tabungan dan bisa diuangkan kapan saja. Hasilnya bukan hanya kembali ke warga, tetapi juga mendukung pembangunan fasilitas umum di kawasan wisata KBA. (sumber: KBA Talang Babungo)

SOLOK – Di tengah hijaunya perbukitan Talang Babungo, berdiri sebuah rumah panggung sederhana di Jorong Tabek, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Bangunan kayu berukuran 4x20 meter yang dibangun secara gotong royong pada 2019 itu kini menjadi pusat perubahan besar bagi warganya. Tempat itu dikenal sebagai Rumah Pintar Kampung Berseri Astra (KBA) Jorong Tabek, laboratorium ekonomi sirkular yang menyatukan budaya, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Dari rumah panggung ini lahir beragam inisiatif pengelolaan sumber daya yang ramah lingkungan sekaligus bernilai ekonomi. Warga mengembangkan produksi gula semut dari nira enau, mengolah limbah organik menjadi pakan maggot untuk ikan, hingga membentuk bank sampah yang memungkinkan masyarakat menabung dari sampah nonorganik.

“Dulu rumah panggung ini hanya tempat berkumpul, sekarang menjadi pusat ide dan inovasi masyarakat. Di sinilah kami belajar bagaimana sampah bisa bernilai, nira enau bisa menjadi produk unggulan, dan semua warga bisa terlibat,” ujar Kasri Satra, Ketua Kampung Berseri Astra Jorong Tabek sekaligus inisiator ekonomi sirkular KBA Talang Babungo.

Gula Semut Jadi Produk Unggulan

Salah satu kegiatan utama warga adalah produksi gula semut aren. Prosesnya masih mempertahankan tradisi: nira disadap dengan memukul pangkal bunga pohon enau, lalu ditampung dalam bambu. Nira itu kemudian dipanaskan menggunakan oven berbahan bakar gas hingga mengkristal menjadi bubuk gula semut.

“Setiap hari ada sekitar 20 kepala keluarga yang memproduksi gula semut. Kapasitasnya bisa 10–20 kilogram per hari, bahkan bisa sampai 50 kilogram kalau permintaan pasar tinggi. Dalam sebulan, produksi bisa mencapai 1.500 kilogram,” jelas Kasri.

Keunggulan gula semut Jorong Tabek, menurutnya, terletak pada kualitas. Pohon enau yang tumbuh di ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut menghasilkan nira dengan kadar gula tinggi dan tekstur lebih halus dibandingkan daerah lain.

Dok. KBA Talang Babungo
Limbah Jadi Berkah

Selain gula semut, Rumah Pintar juga melahirkan inovasi rumah maggot yang berdiri sejak 2021. Limbah organik, baik dari produksi gula maupun aktivitas rumah tangga, diolah menjadi media pembiakan maggot. Hasilnya dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk kolam ikan KBA.

“Dengan cara ini, limbah yang tadinya hanya menumpuk bisa kembali bermanfaat. Kami tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menciptakan siklus ekonomi baru,” tutur Kasri.

Untuk sampah nonorganik, warga mengandalkan bank sampah. Plastik, botol, hingga logam yang dikumpulkan dicatat sebagai tabungan dan bisa diuangkan kapan saja. Hasilnya bukan hanya kembali ke warga, tetapi juga mendukung pembangunan fasilitas umum di kawasan wisata KBA.

Ekonomi, Wisata, dan Sosial

Ekonomi sirkular KBA juga merambah ke kolam ikan yang berfungsi ganda: sebagai tempat wisata memancing dan sumber penghasilan tambahan. Kolam ini mampu memberi keuntungan rata-rata Rp5 juta per bulan, sebagian di antaranya dialokasikan untuk membantu warga kurang mampu.

Lebih jauh, konsep ekonomi sirkular membuat Jorong Tabek berkembang menjadi desa wisata. Saat ini tersedia sekitar 45 homestay yang dikelola masyarakat, siap menyambut wisatawan yang ingin merasakan suasana pedesaan.

“Yang paling membanggakan, dari hasil berbagai usaha ini kami bisa memberikan beasiswa bagi anak-anak muda Jorong Tabek. Sampai sekarang ada 20 anak berprestasi yang mendapat beasiswa, bahkan ada yang kuliah sampai ke Jepang,” ungkap Kasri.

Kasri menegaskan, apa yang dilakukan warganya membuktikan bahwa konsep ekonomi sirkular bukan sekadar wacana. “Kami ingin menunjukkan bahwa desa bisa mandiri dengan mengelola potensi lokalnya. Harapan kami, gula semut aren menjadi produk unggulan desa, wisata semakin berkembang, dan masyarakat makin sejahtera,” katanya.

Kini, Rumah Pintar KBA Jorong Tabek bukan hanya sekadar bangunan kayu, tetapi simbol kemandirian, inovasi, dan masa depan cerah bagi masyarakat di kaki perbukitan Solok. (*)

Editor: Eva Pardiana
Bagikan

RELATED NEWS