Bukit Asam Mulai Proyek Gasifikasi Pertama di Indonesia Senilai Rp30 Triliun
Eva Pardiana - Kamis, 13 Januari 2022 08:48JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan memulai pembangunan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, pada 26 Januari 2022.
Bukit Asam akan menggarap proyek ini bersama dengan PT Pertamina (Persero) (Pertamina) dan Air Products & Chemical Inc (APCI). Gasifikasi yang masuk dalam Proyek Strategi Nasional (PSN) ini bertujuan untuk hilirisasi komoditas emas hitam di dalam negeri.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengungkapkan saat ini perseroan masih dalam proses penyelesaian administratif berupa perjanjian bersama dengan pihak-pihak terkait.
“Sekarang lagi proses untuk perjanjian ketiga belah pihak yakni PTBA, Pertamina dan Air Products. Mudah-mudahan beberapa hari ke depan sebelum tanggal 26 selesai semua” ujar Arsal usai rapat koordinasi bersama dengan Menteri Investasi/BKPM di Palembang Senin (10 /1/2022).
- Wagub Nunik Yakin Kemenkumham Lampung Mampu Wujudkan Kepastian dan Sadar Hukum
- Deklarasikan Janji Kinerja, Ini Sederet Prestasi Kemenkumham Lampung pada 2021
- Emersia Wedding Expo, Solusi Lengkap Gelar Pernikahan di Masa Pandemi
Pembangunan proyek gasifikasi ini diproyeksikan akan rampung pada 2025 dengan mendatangkan investasi sebesar US$2,1 miliar atau setara Rp30 triliun oleh APCI yang juga akan menjadi pihak kontraktor dalam pembangunan pabrik gasifikasi tersebut.
Adapun hadirnya Pertamina dalam proyek hilirisasi tersebut adalah sebagai offtaker yang ditugaskan pemerintah untuk mengimplemntasikan peralihan penggunaan bahan bakar gas dari LPG ke DME di masyarakat nantinya. Sementara PTBA bertugas untuk memasok batu bara sebagai bahan dasar utama dari pabrik gasifikasi tersebut.
Rencananya, pabrik gasifikasi batu bara yang dibangun tersebut ditargetkan akan dapat mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara untuk diproses menjadi 1,4 juta ton DME per tahun nya. DME tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti (Liquified Petroleum Gas) LPG yang dinilai lebih murah dan ramah lingkungan.
Kehadiran DME sebagai bahan bakar alternatif melalui proyek hilirisasi juga berpotensi dapat menekan tinggi nya laju impor LPG hingga menghemat sisi pengeluaran negara. Sebagai informasi, saat ini pemerintah harus mengeluarkan kocek sebesar Rp60 triliun setiap tahun nya untuk melakukan subsidi pada LPG.
Berdasarkan perhitungan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), proyek hilirisasi melalui pabrik gasifikasi DME tersebut berpotensi akan mendatangkan penghematan negara hingga sebesar Rp8,7 triliun per tahunnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Farhan Syah pada 12 Jan 2022