BEI: Investasi Keberlanjutan Bukan Lagi Pilihan tapi Keharusan
Yunike Purnama - Selasa, 21 Juni 2022 08:40BANDARLAMPUNG - Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia, Hasan Fawzi mengatakan investasi berkelanjutan saat ini sudah bukan lagi menjadi pilihan. Melainkan sebagai keharusan bagi sebuah perusahaan.
"Investasi keberlanjutan bukan lagi pilihan. Tapi keharusan, " kata dalam Webinar Investasi Berkelanjutan dan Perdagangan Karbon: Peluang dan Tantangan pada Senin, 20 Juni 2022.
Hasan menuturkan saat ini bagi pelaku usaha menerapkan risiko perusahaan bukan hanya pada operasi. Tetapi terhadap berbagai kemungkinan kelalaian dan risiko dari dampak perubahan iklim.
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional.
- Industri Kecil Menengah Kuasai 80 Persen Perekonomian Lampung
- Hasil RDG BI Jadi Pemberat, IHSG Diprediksi Melamah Hari Ini
- Penjualan SBR011 Pecah Rekor, Milenial Mendominasi Pembelian
Hasan berharap pemerintah akan mengeluarkan regulasi turunan yang tidak menghasilkan tantangan baru dalam pengurangan emisi karbon.
"Dengan adanya nilai ini, perusahaan yang ikut mengeluarkan karbon akan terdampak secara finansial saat mengeluarkan karbon," kata dia.
Tambahan Perusahaan
Banyaknya emisi karbon yang dikeluarkan akan dihitung sebagai biaya tambahan perusahaan. Sementara itu perusahaan yang menjalankan proyek hijau akan mendapatkan insentif karena telah menyerap emisi karbon.
"Jadi perusahaan yang mengerjakan proyek hijau ini dapat lebih banyak insentif karena ekosistem yang diserap akan dapat insentif," kata dia.
- Naik Rp 1.000 Harga Emas Antam di Pegadaian Rp 1.031.000 per Gram
- Banjir Rob Kembali Landa Pesisir Lampung, Pendapatan Nelayan Kena Imbas
- Pemerintah Gelontorkan Rp44,8 Triliun Percepat Penanganan Stunting
Untuk itu dia menilai Indonesia menjadi negara utama dalam penerapan rumah kaca dunia. Sehingga menjadi bagian penting dengan mengoptimalkan kemampuan negara sebagai pemasok penyerapan karbon. Hal ini bisa mendatangkan banyak sumber pendanaan dari berbagai perusahaan dan negara yang banyak melepaskan emisi.
"Investasi dan perdagangan karbon ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia," kata dia mengakhiri. (*)