Bangun Pabrik Baru, Pupuk Kaltim Target Peringkat Dua Asia Pasifik
Eva Pardiana - Sabtu, 11 Juni 2022 15:38JAKARTA – PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT) akan membangun pabrik baru di Kabupaten Bontang dan Kabupaten Teluk Bintuni yang bisa membuat perseroan menjadi produsen pupuk terbesar kedua di Asia Pasifik.
Dengan ekspansi ini, perseroan menyebut upaya pendanaan bisa didapatkan dari penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengatakan telah menyiapkan investasi sekitar US$ 2,5 miliar atau setara Rp36,40 triliun (asumsi kurs Rp14.565 per dolar AS) dalam lima tahun ke depan untuk membangun pabrik di Bontang, Kalimantan Timur dan di Teluk Bintuni, Papua Barat.
“US$2 miliar (atau Rp29 triliun) untuk proyek di Bintuni, yaitu pabrik urea, amoniak, dan metanol. Sisanya untuk proyek di Bontang, seperti pembangunan pabrik NPK baru, pabrik soda ash, dan lainnya US$ 500 juta (atau Rp7,3 triliun),” kata Rahmad dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu, 11 Juni 2022.
- Buka Krui Pro 2022, Sandiaga Uno: Pantai Tanjung Setia Bukan Kaleng-Kaleng
- Tingkatkan Penelitian dan Pengabdian, LP2M IIB Darmajaya Gelar Workshop
- Lowongan Kerja BUMN buat Lulusan Pariwisata dan Perhotelan di PT PP
Langkah ekspansi ini bisa mengerek peringkat perseroan menjadi produsen pupuk terbesar kedua se-Asia Pasifik. Saat ini perseroan sudah berada di peringkat keenam.
“Terbesar di Asia Tenggara untuk produksi urea dan nomor 6 se-Asia Pasifik. Kami akan masuk ke nomor 4 kalau pabrik ketujuh selesai, dan di Papua Barat berdiri bisa nomor 2 melewati Qafco,” ujar Rahmad.
Berdasarkan peringkat Asia Pasifik dan Timur Tengah, saat ini Pupuk Kaltim berada di urutan ke-6 dengan kapasitas produksi 3,4 juta ton dengan pendapatan US$1,8 miliar atau setara Rp26,2 triliun dan total aset US$2,4 miliar atau setera Rp34,9 triliun.
Apabila naik ke peringkat ke-2 akan menyalip posisi Fertiglobe dari Uni Emirat Arab yang berkapasitas produksi 5 juta ton dan Qafco dari Qatar yang sebesar 5,6 juta ton. Posisi teratas ditempati oleh Sinofert dari China yang berkapasitas produksi sebanyak 6 juta ton.
Manajemen menyiapkan sejumlah skenario untuk melakukan ekspansi dan mencari sumber pendanaan. Meski secara modal masih cukup kuat, opsi untuk melakukan IPO terbuka lebar.
“Untuk IPO kami serahkan ke pemegang saham. Ini keputusan ada di pemegang saham,” ujar Rahmad.
- BRI Punya Hadirkan Kredit Tokopedia Card, Simak Beragam Keuntungannya
- Bank Mandiri Buka Lowongan Kerja, Simak Posisi dan Syaratnya
- ITERA Lepas 288 Mahasiswa Ikuti KKN Perdana Luar Jaringan
Tercatat, pada kuartal I-2022 perseroan meraup laba mencapai Rp3,19 triliun, melesat hampir empat kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Perolehan ini setara dengan separuh dari pencapaian sepanjang tahun lalu sebesar Rp6,12 triliun.
“Selama bulan April saja, perolehan laba Pupuk Kaltim telah mencapai sekitar Rp2 triliun. Ini karena windfall profit kenaikan harga komoditas dunia,” kata Rahmad.
Tingginya laba juga disebabkan oleh tipisnya beban bunga dari pinjaman. Terlihat jumlah pinjaman kepada pihak ketiga hanya sebesar Rp1 triliun, padahal ekuitasnya mencapai Rp26 triliun. (TA)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Heriyanto pada 10 Jun 2022