Aset Kripto Dianggap sebagai Mata Uang Masa Depan, Benarkah?
Yunike Purnama - Selasa, 05 September 2023 08:19JAKARTA - Menurut survei yang dilaksanakan oleh Consensys dan YouGov, sebanyak 17% masyarakat Indonesia memandang aset kripto sebagai mata uang masa depan.
Chief Executive Officer (CEO) Crypto Berkat Indonesia (Tokocrypto) Yudhono Rawis mengatakan bahwa survei ini menunjukkan keterbukaan masyarakat dalam negeri terhadap ekosistem kripto.
"Temuan ini menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat terbuka terhadap konsep kripto sebagai aset yang menjanjikan dan bisa memberikan nilai tambah di masa depan," ujar Yudho kepada TrenAsia jaringan Kabarsiger dikutip Senin, 4 September 2023.
Kendati demikian, survei yang sama juga menyebutkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap aset kripto masih terbilang rendah, yakni 33%.
Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan Nigeria yang tingkat pemahaman akan aset kriptonya mencapai 78%, Korea Selatan 63%, Afrika Selatan 61%, Brasil 59%, dan India 56%.
- Bank Tabungan Negara (BTN) Sukses Sabet Penghargaan TrenAsia ESG Award 2023
- 5 Rekomendasi Series dan Film Dokumenter Terbaru di Netflix, Ada Kasus Jessica Kumala Wongso!
- Google Maps Tambahkan Live Activity di Dynamic Island iPhone
- Elon Musk Sediakan Layanan Telepon dan Video Call di Twitter
Beberapa alasan yang melatarbelakangi rendahnya literasi kripto di Indonesia di antaranya tidak paham harus memulai dari mana (52%), tidak memahami fungsinya (44%), teknologi yang sulit dipahami (43%), terlalu berisiko (42%), dan terlalu banyak penipuan (34%).
Survei ini ditujukan kepada sekitar 15.000 responden di kisaran usia 18-65 tahun. Dai hasil survei tersebit, 1.015 di antara para responden berasal dari Indonesia.
Menurut Yudho, rendahnya tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap industri kripto adalah karena banyaknya masyarakat yang belum familiar dengan konsep-konsep dasar yang berkelindan dengan cryptocurrency.
"Banyak masyarakat yang belum familiar dengan konsep-konsep dasar seperti cara kerja blockchain, manfaat kripto, dan potensi aplikasinya di berbagai sektor. Inisiatif edukasi yang lebih luas dan terstruktur dapat membantu mengatasi hambatan ini," papar Yudho.
Persepsi negatif terkait risiko dan volatilitas kripto dipandang Yudho sebagai aspek yang dapat mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap Bitcoin dkk.
"Pentingnya peran pemerintah dan regulator dalam menciptakan lingkungan yang kondusif juga tidak bisa diabaikan. Regulasi yang jelas dan ramah terhadap industri kripto dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat dan pelaku industri," pungkas Yudho.
Yudho mengatakan, jika para pihak terkait bisa berkolaborasi untuk menggenjot edukasi kripto di Indonesia, akselerasi pertumbuhan jumlah investor kripto pun bisa menjadi keniscayaan.
Per-Juli 2023, jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai 17,67 juta orang. Meski terus mengalami peningkatan, tingkat pertumbuhannya terus melambat seiring dengan harga Bitcoin yang terus mengalami kemerosotan setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada akhir 2021.(*)