Investor Kripto
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Menurut situs data kripto CoinKickoff, tingkat stress investor kripto Indonesia pada 2022 menempati posisi tertinggi ketiga di Asia Tenggara karena pasar yang melesu.
Dalam riset CoinKickoff bertajuk "Where Are People Most Stressed About the State of Crypto?" yang menganalisis tingkat stress investor di 131 negara, ditemukan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki tingkat stress tertinggi terkait kripto.
Hasil riset ini disusun dengan mengumpulkan data dari cuitan-cuitan di Twitter yang diberi geotag untuk tagar dari 50 aset yang paling populer berdasarkan kapitalisasi pasarnya.
Melalui riset tersebut, ditemukan bahwa 19,29% cuitan dari Indonesia tentang kripto mengandung sentimen bernada stress.
Sementara itu, Singapura dan Malaysia menduduki posisi pertama dan kedua di Asia Tenggara dengan masing-masing persentase cuitan bernada stress sebanyak 24,18% dan 20,89%.
Mengacu pada riset tersebut, Tokocrypto menilai bahwa volatilitas pasar dan kurangnya edukasi investasi membuat instrumen ini menghasilkan tekanan bagi para investornya.
Tidak hanya volatilitas pasar, kurangnya edukasi pun kerap membuat investor melakukan keputusan yang kurang tepat sehingga menghasilkan dampak yang lebih buruk ketimbang pasar yang melesu.
Public Relations Tokocrypto Bianda Ludwianto mengatakan, edukasi dapat memberikan perspektif pasar yang lebih luas sehingga mengidentifikasi berbagai opsi strategi investasi.
"Harapannya bisa meningkatkan kepercayaan karena kerumitan memasuk dunia kripto mungkin cukup menakutkan bagi pemula. Namun, begitu seorang mulai paham, dekat dan akrab dengan pasar kripto, pandangannya akan berubah dan proses investasi meningkat pesat," ujar Bianda dikutip dari keterangan resmi yang diterima TrenAsia.com jaringan KabarSiger.com pada Selasa, 14 Februari 2023.
Melihat tingkat stress investor kripto di Indonesia yang cukup tinggi, Bianda pun menyarankan agar investor menggunakan fitur stop limit untuk membuat transaksi menjadi lebih aman.
"Fitur stop-limit order sangat berguna sebagai sebuah alat pengatur risiko, dan investor sebaiknya menggunakannya untuk menghindari kehilangan yang signifikan. Stop limit berguna untuk membuat pesanan transaksi jual unutk memastikan mengambil untung pada saat target transaksi tercapai," kata Bianda.
Tahun 2022 memang bisa dianggap sebagai tahun yang buruk untuk aset kripto. Selain tertekan oleh sentimen yang hadir dari laju inflasi, sejumlah peristiwa besar yang berkaitan dengan aset kripto pada 2022 pun memicu tren negatif pada pasar.
Sepanjang tahun 2022, Bitcoin bahkan mengalami koreksi hingga 62% dan 73,11% jika dihitung dari harga tertingginya pada November 2021.
Beberapa faktor yang menyebabkan merosotnya selera investor terhadap kripto di antaranya tren suku bunga dari bank sentral The Federal Reserve (The Fed) dan jatuhnya harga aset kripto Terra (LUNA) dan Terra USD (UST).
Kemudian, kondisi pun semakin buruk tatkala beberapa perusahaan seperti Three Arrows Capital, Celcius Network, Voyager Digital, dan FTX mengalami krisis likuiditas sehingga harga-harga kripto, termasuk yang berkapitalisasi pasar terbesar, tampak lesu dan menandai tahun 2022 sebagai masa-masa "crypto winter". (*)