Waduh! 500 Juta Data Pengguna WhatsApp Berisiko Diretas

2022-11-27T11:37:58.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Ilustrasi aplikasi WhatsApp
Ilustrasi aplikasi WhatsApp

BANDAR LAMPUNG - WhatsApp merupakan layanan pesan yang cukup populer di dunia, termasuk di Indonesia. Karena, dengan aplikasi tersebut kamu bisa dengan mudah melakukan panggilan suara atau video, penyimpanan dokumen dan menyebarkan informasi.

Saat ini tercatat lebih dari dua miliar pengguna WhatsApp di seluruh dunia. Namun, sebuah laporan baru-baru ini mengklaim, bahwa database yang berisi nomor telepon sekitar 500 juta pengguna WhatsApp dijual di forum komunitas peretasan oleh penjual yang tidak dikenal.

Menurut sebuah laporan Cybernews, penjual mengklaim bahwa database itu berisi 487 juta nomor telepon milik pengguna aktif WhatsApp di 84 negara berbeda, termasuk India.

Seperti yang dikutip dari laman gadgetsnow, sekitar 1/4 database pengguna WhatsApp di seluruh dunia berisiko diretas. Adapun poster yang dibagikan oleh penjual database itu, bahwa ada nomor telepon pengguna di sejumlah negara.

Negara-negara tersebut ialah Amerika Serikat (32 juta pengguna), Inggris (11 juta pengguna), Rusia (10 juta pengguna), Italia (35 juta pengguna), Arab Saudi (29 juta pengguna) dan India (lebih dari 6 juta pengguna). Seluruh pengguna tersebut berisiko mengalami kebocoran data.

Perihal seperti apa peretas mendapatkan data itu, laporan tersebut tidak memberikan penjelasan soal hal tersebut. Namun, kabarnya penjual data tersebut mengumpulkan seluruh database menggunakan proses yang dikenal sebagai 'scraping'. Di mana dalam proses tersebut data dikumpulkan dari berbagai situs web, dan bukan melalui peretasan atau serangan dunia maya.

Hal tersebut berarti bahwa peretas itu mungkin tidak menyebarkan serangan di internet terhadap WhatsApp untuk mengumpulkan jutaan data tersebut, tapi ada kemungkinan mengumpulkan nomor telepon itu dari halaman web.

Penjual data tersebut pun dilaporkan sudah mengkonfirmasi bahwa nomor-nomor ini digunakan untuk WhatsApp dan bahwa seluruh databse tersebut sudah dijual.

Adapun alasan database sangat berisiko bagi pengguna WhatsApp, karena peretas bisa menggunakan database untuk melakukan spamming, phishing, pencurian identitas, dan aktivitas penjahat dunia maya lainnya.

Laporan itu menyebutkan, bahwa pengguna tidak akan bisa mengetahui apakah nomor mereka terdapat di database atau tidak, namun bisa melakukan beberapa langkah untuk menghindari penipuan.

Untuk menghindari penipuan, WhatsApp memiliki beberapa pengaturan privasi, seperti menyembunyikan status dan foto profil yang bisa diaktifkan pengguna untuk menjaga diri mereka tetap aman dari pengintaian penjahat siber. (*)