ojk
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Menyusul tren suku bunga tinggi, korporasi diperkirakan akan lebih aktif mencari pembiayaan di pasar modal ketimbang perbankan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan setidaknya dalam pipeline sudah ada 90 calon emiten yang akan melakukan fund rising di pasar modal.
Menurutnya risk-appetite untuk menggalang dana di pasar modal baik lewat IPO maupun rights issue di tahun 2023 cukup bagus dan menjadi alternatif dari pembiayaan perbankan.
Mengingat saat ini terdapat tantangan suku bunga tinggi khususnya The Fed yang tidak akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat untuk menjaga target inflasi sebesar 2%, rasanya sikap The Fed tidak akan banyak berubah dari tahun 2022 lalu yang hawkish.
Sementara Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Iman Rachman optimis pendanaan dari pasar modal akan menjadi alternatif utama pembiayaan korporasi pada tahun 2023.
“Pendanaan dari pasar modal sifatnya alternatif atau complementer. Uang ini kan gak ada warga negaranya, jadi pendanaan dari perbankan bisa, dari pasar modal lewat penerbitan saham, rights issue, IPO, obligasi atau instrumen lainnya juga bisa. Jadi kami optimis pembiayaan dari pasar modal ini akan jadi alternatif pilihan investor," kata Iman beberapa waktu lalu.
Senada, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan sebagai dampak naiknya suku bunga, membuat korporasi mencari pembiayaan alternatif, salah satunya melantai di bursa saham.
“Diperkirakan banyak perusahaan yang lakukan IPO dan rights issue tahun ini. Sejauh ini performa IHSG juga baik, terlihat dari kinerja 1 tahun terakhir masih positif 1,82%," kata dia kepada TrenAsia.com, Kamis, 5 Januari 2022.
Dalam survei BI soal pembiayaan perbankan November 2022, korporasi menyampaikan pemenuhan kebutuhan dana mereka untuk 3 bulan mendatang (hingga Februari 2023) mayoritas masih dipenuhi dari dana sendiri, dikuti oleh sumber pembiayaan melalui penambahan kredit baru ke perbankan.
Sementara itu, pembiayaan yang berasal dan pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik dan pinjaman/utang dan perusahaan induk terindikasi melambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara umum BI memperkirakan kebutuhan pembiayaan korporasi hingga Februari 2023 sedikit melambat, dikarenakan lemahnya permintaan mitra dagang domestik dan ekspor, diikuti pesimisme akan peningkatan permintaan masyarakat.
Perlambatan kebutuhan pembiayaan ini terutama disampaikan oleh korporasi sektor konstruksi, perdagangan, dan informasi dan komunikasi. (*)