Survei: 77 Persen Responden di Indonesia Mulai Nyaman Bicara Kesehatan Mental

2022-10-13T10:42:05.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Yunike Purnama

Ilustrasi kesehatan mental.
Ilustrasi kesehatan mental.

BANDAR LAMPUNG - Hari Kesehatan Mental Sedunia jatuh pada 10 Oktober setiap tahunnya. Peringatan ini sekaligus menjadi momentum untuk menggaungkan secara luas bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Public Policy and Government Relations, TikTok Indonesia Faris Mufid menyampaikan, TikTok melihat isu kesehatan mental masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini mengingat tingkat literasi yang rendah akan topik tersebut, baik orang yang mengalami gangguan kesehatan mental, ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya.

"Dalam rangka Hari Kesehatan Mental Sedunia tahun ini, TikTok mengajak masyarakat untuk meningkatkan literasi tentang kesehatan mental serta membantu orang yang mengalami gangguan kesehatan mental untuk bisa dilihat dan dipahami melalui diskusi yang berarti tentang kesehatan mental," kata Faris dalam bincang virtual, Rabu, 12 Oktober 2022.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar satu dari lima penduduk. Jumlah tersebut sekitar 20 persen populasi di Indonesia memiliki potensi masalah gangguan jiwa.

Sebelumnya, TikTok juga telah menjalankan survei survei kesejahteraan mental bersama YouGov dengan teman besar "Global Consumer Attitudes on Mental Well-being". "Survei kita lakukan kepada 16 ribu orang dewasa di 13 pasar di seluruh dunia yang salah satunya Indonesia dan dilakukan pada September 2022," tambahnya.

Ada pun hasil survei kesejahteraan mental spesifik di Indonesia terdapat enam poin temuan. "Pertama, 77 persen responden di Indonesia mulai merasa nyaman berbicara tentang kesehatan mental, breakdownnya adalah 57 persen bercerita ke keluarga, 52 persen bercerita ke tenaga profesional, 40 persen bercerita ke teman dekat," jelas Faris.

Temuan kedua, dua dari empat responden masih khawatir akan potensi dampak negatif dari berbicara mengenai kondisi mereka. Poin ketiga, ada 53 persen responden yang merasa nyaman berbicara dengan anggota keluarga yang terbuka dengan isu kesehatan mental.

"Keempat, ada 43 persen responden akan terbantu jika bisa bicara dengan teman yang pernah membahas tentang kesehatan mental. Poin kelima, satu dari empat atau sekitar 28 persen responden di Indonesia terbantu dengan adanya akses gratis ke sumber daya tentang kesehatan mental di platform media sosial yang digunakan," ungkap Faris.

Terakhir, ada 26 persen dari responden bisa lebih terinspirasi dan nyaman untuk bicara jika ada orang di media sosial yang juga berbagi pengalaman serupa. Hasil ini pula yang mendorong pihak TikTok untuk meluncurkan Pusat Kesehatan Digital.

"Berdasarkan temuan tadi, TikTok meluncurkan Pusat Kesehatan Digital yang ingin membuka wawasan mengenai kesehatan mental atau mencari bantuan dalam bentuk sumber daya online melalui platform digital," terangnya. (*)