Sembilan Tahun Bank Ini Terus Merugi Tetapi Tak Bangkrut, Kok Bisa?

2023-07-26T14:34:13.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) atau Bank Banten adalah sebuah fenomena di industri perbankan Indonesia.
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) atau Bank Banten adalah sebuah fenomena di industri perbankan Indonesia.

JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) atau Bank Banten adalah sebuah fenomena di industri perbankan Indonesia. Dimiliki oleh pemerintah daerah Banten, bank ini terus-menerus mencatatkan kerugian sejak tahun 2014 atau lebih dari 9 tahun silam.

Terbaru, per semester I-2023, Bank Banten mencatatkan rugi bersih sebesar Rp24,09 miliar. Secara akumulatif, Bank Banten mencatatkan saldo rugi sebesar Rp2,92 triliun, meningkat dibanding sepanjang tahun 2022 sebesar Rp2,89 triliun dan Desember 2021 Rp2,65 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan terbaru semester I-2023, sejumlah rencana telah disusun bank untuk menjaga bisnisnya tidak semakin memburuk. Di antaranya adalah melanjutkan Penawaran Umum Terbatas (PUT) VIII pada kuartal III-2023 ini. Targetnya berkisar antara Rp600 miliar – Rp1,5 triliun.

Rencana lain eks bank milik Sandiaga Uno yang dulu bernama Bank Pundi ini adalah meningkatkan efisiensi biaya operasional dan mendorong pelaksanaan good corporate governance (GCG) di semua tingkatan.

Efisiensi ini sudah tergambar di semester I-2023. Contohnya, beban operasional dari biaya umum dan administrasi dipangkas dari Rp137,28 miliar menjadi Rp106,16 miliar. Gaji dan tunjangan karyawan juga berkurang menjadi Rp59,72 miliar dibandingkan semester I-2022 sebesar Rp 66,02 miliar.

Dampak positifnya, Bank Banten mencatatan rugi operasional bersih sebesar Rp30,59 miliar, turun banyak dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp106,51 miliar.

Per Juni 2023, Bank Banten menyalurkan pinjaman senilai Rp3,27 triliun. Jumlah tersebut sudah dikurangi dengan pencadangan kredit sebesar Rp 374,23 miliar. Kredit paruh pertama 2023 ini mengalami penurunan dibandingkan periode 31 Desember 2023 sebesar Rp 3,31 triliun.  

Dengan kredit yang menurun, pendapatan bunga Bank Banten di semester I 2023 ikut mengecil. Jumlahnya Rp 222,41 miliar, lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 226,89 miliar.

Beruntungnya, bank Banten bisa menekan beban biaya bunga menjadi Rp 127,34 miliar berbanding Rp 170,61 miliar di semester I 2022. Alhasil selama 6 bulan di tahun ini, pendapatan bunga bersih bank naik menjadi Rp 95,07 miliar dari Rp 50,23 miliar tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, Pemerintah Provinsi Banten menguasai saham Bank Banten melalui Banten Global Development (BGS) sebanyak 66,11% dan masyarakat 33,89%. Saat ini harga saham berkode BEKS ini nyaman di level harga Rp 50 per saham dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 2,59 triliun.

Pada tahun 2016 BGS mengakuisisi 66% saham Bank Banten senilai Rp 800 miliar. Investasi pemerintah Banten di bank ini diperkirakan jauh lebih besar lagi. Pasalnya sejak akuisisi itu Bank Banten telah beberapa menambah modal melelalui penerbitan saham baru atau right issue.

Contohnya pada 14-21 Oktober 2021 Bank Banten sukses menjalankan rights issue melalui PUT VII senilai Rp 618 miliar dari 8 miliar saham baru yang terserap. Dari jumlah itu Pemprov Banten diperkirakan menjadi pembeli saham terbesar.

“Dana yang terhimpun pada PUT VII ini melampaui target yang dicanangkan di rencana bisnis bank (RBB) Bank Banten, yakni sebesar Rp 600 miliar. Perolehan dana publik pada PUT VII naik 92,8% dibanding perolehan dana pada PUT VI pada 4 Januari 2021 lalu," Direktur Utama Bank Banten Agus Syabarrudin, dalam keterangannya, Rabu (27/10/2021).(*)