Pertanian
Penulis:Eva Pardiana
Editor:Eva Pardiana
BANDARLAMPUNG – Pertanian jadi sektor ekonomi yang menjanjikan untuk ditekuni oleh kaum milenial. Pasalnya, petani muda memiliki kemampuan adaptasi terhadap teknologi serta kemudahan mendapat akses informasi. Hal itu disampaikan oleh Iqbal Abipraya, petani milenial asal Jember binaan PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT).
"Saat ini petani tua lebih banyak dari yang muda. Sedangkan, kita yang muda ini lebih paham teknologi dan digitalisasi, kita lebih mudah mendapatkan peluang, dan bisa lebih cepat naik level. Karena pertimbangan itulah saya memilih profesi jadi petani. Toh tujuan semua pekerjaan sama, yakni mendapatkan profit," papar Iqbal dalam webinar 'Cara Petani Milenial Mendapatkan Berkah dari Kebun' yang diinisiasi oleh Demfarm.id dalam rangka Hari Menanam Pohon, Minggu (28/11/2021).
Meski peluangnya cukup besar, lanjut Iqbal, masih banyak generasi muda yang enggan menekuni bidang ini. Menurutnya, hal ini dikarenakan stigma yang menempel pada profesi petani. Petani dianggap pekerjaan yang kurang menjanjikan dan dipandang sebelah mata.
"Lulusan pertanian (fakultas pertanian) saja sedikit sekali yang jadi petani, banyak faktornya, salah satunya dianggap kurang keren dan kurang menjanjikan. Menjadi petani di usia muda itu ada anggapan, masa lulusan sarjana, kuliah jauh-jauh, malah tinggal di desa dan jadi petani," kata dia.
Iqbal berharap kaum muda saat ini semakin banyak yang tertarik terjun di bidang pertanian, sebab menurutnya petani adalah pekerjaan yang paling diidamkan banyak orang di masa tua.
“Saya mengajak generasi muda kembali bertani dan mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Jika ditinjau dari pengalaman, menjadi petani malah pekerjaan yang paling diidamkan pada masa tua seseorang. Jadi kenapa tidak kita mulai saja dari muda,” tandasnya.
Hal senada diungkapkan oleh Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera. Ia memaparkan bahwa sektor pertanian akan terus berkembang dan memberi peluang menjanjikan. Sebab pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan berkontribusi untuk menyediakan bahan pangan bagi masyarakat.
Selain itu, di masa pandemi Covid-19, sektor pertanian menjadi satu-satunya sektor perekonomian yang tidak terdampak, bahkan memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk yang selalu bertambah jadi potensi besar bagi sektor ini untuk berkembang.
"Ke depan untuk revolusi pertanian 4.0 akan ditopang oleh precision agriculture atau pertanian presisi, artificial intelligence, teknologi, dan digital marketing. Semuanya akan sangat membutuhkan generasi muda atau generasi milenial," pungkas Adrian.
Soraya Cassandra, Founder Kebun Kumara menilai aktivitas pertanian atau budidaya tanaman tidak hanya bermanfaat dari sisi ekonomi. Baginya kegiatan itu menjadi jalan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.
"Ketika kita berkebun, menanam sendiri makanan kita, kita bisa melihat langsung keagungan alam yang menopang hidup kita. Kalau itu dilakukan secara sadar, dampaknya kita mempunyai perspektif yang lebih luas yang bisa memupuk kesadaran kita untuk lebih ramah lingkungan, dan akhirnya akan lahir budaya-budaya dan aksi nyata kepedulian lingkungan," papar Cassandra.
"Menanam itu sebenarnya pintu masuk bagi kita untuk mengenal makanan, bagaimana prosesnya, menghargai seluruh prosesnya, dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Secara luas, menanam membuat kita lebih kenal dengan alam, jadi lebih sadar kita bagian dari alam, dan karena itu kita wajib untuk lebih peka. Perilaku ramah lingkungan bukan pilihan tapi kewajiban," imbuh Cassandra. (*)