Schroders Soroti Terkait Penerapan ESG di Sektor Pertambangan

2023-08-09T05:48:49.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Tren global menunjukkan perusahaan saat ini dituntut untuk menerapkan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG)
Tren global menunjukkan perusahaan saat ini dituntut untuk menerapkan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG)

JAKARTA – Tren global menunjukkan perusahaan saat ini dituntut untuk menerapkan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) untuk menjadi perusahaan memiliki nilai tinggi dan berdampak bagi lingkungan. Meski demikian, terdapat beberapa sektor yang masih perlu perhatian khusus dalam menerapkan prinsip ESG.

CEO Schroders Indonesia Michael T. Tjoajadi mengatakan sektor pertambangan masih perlu perhatian dalam penerapan ESG. Hal ini lantaran untuk mengambil hasil tambang perlu penggalian yang seringkali merusak lingkungan. "Sektor tambang perlu bekerja lebih keras dibandingkan sektor lain dalam menerapkan ESG,” ujar Michael saat diwawancara TrenAsia.com belum lama ini. 

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif, mengatakan penerapan ESG dalam operasi pertambangan perlu diperhatikan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

“Terlebih kini para investor semakin mempertimbangkan elemen Sustainable Development Goals dalam evaluasi potensi investasi,” terangnya dikutip dari laman ESDM, Selasa 8 Agustus 2023. 

Dikutip dari laman Global Data, pembangkit listrik merupakan salah satu pendorong utama perubahan iklim dengan sebagian industri bergantung padanya. Pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil juga bertanggung jawab terhadap polusi yang signifikan, seperti polutan udara dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. 

Peningkatan gas rumah kaca di atmosfer akan memerangkap pans dari matahari dan menyebabkan pemanasan suhu bumi. Menurut International Panel on Climate Change (IPCC), dunia telah menghangat sekitar 1°C sejak masa pra-industri.

Untuk itu, penyedia layanan listrik di Indonesia perlu menyediakan listrik yang ramah lingkungan bagi masyarakat terutama para pelaku industri. Jika ESG tidak diterapkan, dikhawatirkan warga akan mendapat dampak negatif hingga berujung kematian.  

Tidak Hanya Fokus Keuntungan

Dilansir dari Organisasi Kesehatan Dunia, diperkirakan ada sekitar 4,3 juta kematian yang disebabkan oleh polusi udara seperti penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan kronis.

Lebih lanjut, Michael mengatakan perusahaan perlu memahami isu keberlanjutan sehingga tidak berfokus pada keuntungan semata. Dengan demikian, perusahaan dapat memberikan dampak terhadap pengurangan angka kerusakan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan kehidupan sosial.

“Supaya berkelanjutan, orang-orang di sekitar perusahaan yang menerapkan ESG harus mendapatkan dampak positf. Tak hanya itu, kesetaraan gender juga menjadi penting karena merupakan bagian daripada sosial dan pendidikan," ujarnya. 

Sementara itu unsur good governance juga perlu diterapkan supaya perusahaan dapat menghilangkan korupsi. "Karena korupsi adalah kejahatan yang sangat luar biasa dampaknya,” tegas Michael.(*)