Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Rusia mulai membujuk negara-negara di ASEAN untuk meninggalkan dolar Amerika Serikat (AS). Upaya itu dilakukan di tengah perekenomian Rusia yang tengah mengalami keterpurukan, salah satunya akibat pemblokiran akses keuangan oleh Barat.
Dorongan untuk meninggalkan dolar atau dedolarisasi dan beralih ke mata uang apa pun menjadi upaya Rusia memperbaiki situasi perekenomiannya. Ajakan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, saat berada di Indonesia, Kamis 13 Juli 2023. Lavrov turut hadir dalam forum ASEAN yang berlangsung sejak awal pekan ini.
Pihaknya mengajak negara-negara Asia Tenggara menggunakan mata uang nasional mereka sendiri untuk berdagang dengan Rusia.
“Untuk memperbaiki situasi, Rusia sedang berupaya meluncurkan konsultasi untuk memperkenalkan mata uang nasional dalam penyelesaian bersama,” ujar Kementerian Luar Negeri Rusia, mengutip pernyataan Lavrov di sela-sela pertemuan ASEAN.
Dilansir dari Insider, Jumat 14 Juli 2023, perdagangan Rusia dengan negara Asia Tenggara merupakan turun sekitar 4,4% pada tahun 2022. Angka perdagangan yang tertekan adalah hasil dari sanksi Barat terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina. Demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Sanksi yang dipimpin Barat telah memukul keras ekonomi Rusia. Negara itu membukukan surplus neraca berjalan sebesar $5,4 miliar pada kuartal kedua tahun 2023. Hal itu menandai penurunan besar-besaran, mencapai 93%, dari rekor surplus $76,7 miliar pada periode yang sama tahun lalu, menurut bank sentral Rusia.
Industri mobil menjadi salah satu sektor ekonomi utama yang telah runtuh. Penjualan industri tersebut kini tinggal tersisa seperempat dari sebelum perang. Itu menjadi temuan peneliti Yale Jeffrey Sonnenfeld.
Kurangi Ketergantungan Sejak 2018
Hingga kini belum ada komentar dari pemerintah ASEAN soal dedolarisasi tersebut. Indonesia sendiri telah mengurangi ketergantungan terhadap dolar sejak 2018 melalui local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan negara mitra.
Rusia sebelumnya telah menyuarakan wacana dedolarisasi dalam aliansi BRICS. Aliansi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (Afsel) itu merupakan 50% produsen gandum dan beras dunia dan pemilik 15% cadangan emas di dunia.
Untuk memuluskan upaya tersebut, Moskow mengusulkan mata uang baru yang akan berbasis emas. Kesepakatan tersebut akan disahkan pada pertemuan BRICS, 22 Agustus mendatang. Langkah ini kemudian diikuti Bank Sentral China dengan menambah 23 ton cadangan emas pada bulan Juni. (*)