PGEO
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA - Anak usaha PT Pertamina (Persero) yang fokus pada sektor panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat, 24 Februari 2023.
PGEO berdiri pada 12 Desember 2006, namun Pertamina telah menjalankan aktivitas geotermal sejak 1974. Saat ini PGE tengah memiliki dua entitas anak usaha yaitu PT Geothermal Energy Seulawah dan Pertamina Geothermal Energy Lawu.
Ada total 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 mega watt. 6 di antaranya sudah beroperasi dan dikelola sendiri dengan mengoperasikan 21 pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berkapasitas 672 MW.
Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12MW.
Energi panas bumi memiliki karakteristik ramah terhadap lingkungan, bahkan sepenuhnya bebas dari emisi. Tidak ada karbon yang dihasilkan untuk produksi sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. PGE tercatat berkontribusi sebesar 82% kapasitas energi pasar bumi terpasang di Indonesia. PGE juga telah memasok listrik lebih dari 2 juta rumah di Indonesia.
Sebelumnya, PGEO menetapkan harga IPO atau penawaran Rp875 per saham. Ini merupakan rentang tengah dari harga book building yang dipasang PGEO berada di Rp820 - Rp945.
PGEO melepas sebanyak 10.350.000.000 saham yang mewakili sebesar 25,00% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Perseroan melakukan penawaran Umum sejak 20 – 22 Februari 2023 dan berhasil meraih dana sebesar Rp9.056.250.000.000.
Berdasarkan data dari prospektus kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dari sekitar 2,8GW di 2022 menjadi sekitar 6,2GW di 2030.
Dengan CAGR sekitar 10,4%, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9% dalam periode yang sama. Pada 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang sebesar 28% dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global.
Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.(*)