Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Pada tahun 2022, jumlah keluarga di Jepang yang memiliki anak turun di bawah 10 juta untuk pertama kalinya. Menurut laporan dari The Japan Times, jumlah ini merupakan yang pertama kalinya sejak dilakukan pencatatan pertama pada 1986. Hal itu semakin memberikan peringatan mengenai penurunan angka kelahiran yang menurun dengan cepat di negara tersebut.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, Buruh dan Kesejahteraan, keluarga yang memiliki anak di bawah 18 tahun pada 2022 berjumlah 9.917 juta. Pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishida sendiri telah mengeluarkan kebijakan yang memudahkan untuk keluarga yang memiliki anak. Hal itu memiliki tujuan untuk meningkatkan angka kelahiran yang terus menurun tiap tahunnya.
“Demi keberlanjutan dan inklusivitas ekonomi dan masyarakat Jepang, kami mendukung pengasuhan anak sebagai kebijakan paling penting,” ujar Fumio Kishida dikutip dari CNN International.
Dalam data terpisah dari kementerian pada awal tahun ini, jumlah bayi lahir di Jepang pada 2022 lalu menurun hingga di bawah 800.000 atau tepatnya berada di angka 799.728. Angka tersebut merupakan rekor baru sejak dilakukannya pencatatan pada 1899.
Dilansir dari The Japan Times, jumlah rumah tangga di Jepang yang tinggal sendiri mencapai 32,9% dari total rumah tangga di negara tersebut yang sekaligus menjadi rekor tertinggi. Di urutan ke dua, jenis rumah tangga yang beranggotakan lansia mencapai 31,2%.
Menurunnya keluarga yang ingin memiliki anak diakibatkan oleh tingginya biaya hidup, ruang yang terbatas, dan kurangnya fasilitas yang mendukung di kota membuat keluarga di Jepang enggan memiliki anak.
Penelitian oleh Lembaga Keuangan Jefferies di tahun 2022 menyebutkan Jepang menjadi salah satu tempat paling mahal untuk membesarkan anak. Padahal dikutip dari CNN International, perekonomian negara bisa dibilang mandek sejak awal 1990-an yang artinya penduduk Jepang mendapatkan upah yang rendah