Bahlil Lahadalia
Penulis:Eva Pardiana
Editor:Eva Pardiana
JAKARTA – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) merilis data realisasi investasi Triwulan III-2021 atau periode Juli-September yang mencapai Rp216,7 triliun. Nilai tersebut naik 3,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang tercatat Rp209 triliun.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan adanya kasus peningkatan positivity rate Covid-19 pada Juli sampai pertengahan Agustus, memaksa pemerintah melakukan pembatasan kegiatan ekonomi khususnya di Pulau Jawa. Hal itu mengakibatkan perlambatan kegiatan investasi.
"Namun, setelah penanganan yang baik oleh pemerintah, dengan statistik penurunan kasus positif Covid-19 pada pertengahan Agustus, pergerakan ekonomi riil terus membaik, sehingga para pelaku usaha dapat melakukan percepatan konstruksi atau pembangunan proyeknya,” papar Bahlil Lahadalia dikutip dari laman resmi Kementerian Investasi, Kamis (28/10/2021).
BKPM mencatat, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada Triwulan III-2021 sebesar Rp113,5 triliun atau 52,4 persen dari total capaian realisasi investasi, dengan penyerapan tenaga kerja Indonesia sebanyak 133.972 orang.
Terjadi kenaikan realisasi investasi PMDN pada Triwulan III-2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020, yaitu sebesar 10,3 persen dari Rp102,9 triliun.
Sektor penyumbang terbesar PMDN berasal dari perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar Rp20,6 triliun atau 18,2 persen. Sedangkan untuk lokasi proyek, realisasi investasi terbesar berada di Jawa Barat dengan angka investasi Rp17,1 triliun atau 15,1 persen.
Sementara itu, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada Triwulan III-2021 mencapai Rp103,2 triliun atau 47,6 persen dari total capaian realisasi investasi, dengan penyerapan tenaga kerja Indonesia sebanyak 154.715 orang.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020, terjadi sedikit perlambatan sebesar 2,7 persen, dari Rp106,1 triliun menjadi Rp103,2 triliun.
Sektor penyumbang realisasi PMA terbesar berasal dari industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp21,5 triliun atau 20,9 persen. Untuk lokasi proyek, realisasi investasi terbesar berada di Jawa Barat dengan nilai Rp17,7 triliun atau 17,1 persen.
PMA yang menyumbangkan realisasi terbesar berasal dari negara Singapura di angka Rp37,4 triliun atau 36,2 persen. Berdasarkan persebaran, realisasi investasi di Pulau Jawa mencapai Rp104,2 triliun (48,1 persen), sedangkan di luar Pulau Jawa sebesar Rp112,5 triliun (51,9 persen).
Kinerja realisasi investasi di luar Pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Jawa karena diberlakukannya PPKM Level 3 dan Level 4 di Pulau Jawa dan Bali, sementara realisasi investasi di luar Pulau Jawa dan Bali tetap berjalan dengan sebagian PPKM level 1 dan 2.
Pada periode Triwulan III-2021 ini terdapat beberapa pelaku usaha yang mulai konstruksi, antara lain di bidang usaha aktivitas data centre, industri baterai litium, otomotif dan komponennya, serta makanan dan minuman di Jawa Barat; industri alas kaki di Jawa Tengah; serta bidang usaha lainnya yang menjanjikan menjadi basis industri pengolahan dan penunjang sektor jasa.
"Kementerian Investasi/BKPM akan mewujudkan Indonesia maju di tahun 2045 dengan memastikan investasi-investasi yang menjadi tulang punggung kemandirian (backbone) industri dalam negeri dan transformasi ekonomi dapat diwujudkan," ujar Bahlil.
"Pembangunan pabrik baterai litium 10 GWh mulai konstruksi dan produksi mobil listrik akan dimulai akhir tahun 2022 atau awal tahun 2023 yang memastikan Indonesia akan menjadi hub industri baterai dan mobil listrik di kawasan Asia Tenggara, sehingga pada akhirnya akan mengubah paradigma lama ‘mengekspor tanah, air, dan komoditas’ menjadi ekspor produk yang bernilai tambah tinggi,” tambah Bahlil.
Secara kumulatif, sepanjang periode Januari-September tahun 2021, kinerja realisasi investasi Indonesia tercatat mencapai Rp659,4 triliun atau 73,3 persen dari target Rp900 triliun.
Capaian tersebut terdiri atas PMA sebesar Rp331,7 triliun (50,3 persen) dan PMDN sebesar Rp327,7 triliun (49,7 persen), dengan penyerapan tenaga kerja Indonesia sebanyak 912.402 orang yang berasal dari PMA sebanyak 447.116 orang dan PMDN sebanyak 465.286 orang.
Sektor penyumbang terbesar PMA berasal dari industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya Rp72,3 triliun (21,8 persen) dan PMDN berasal dari perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp62,8 triliun (19,2 persen).
Lokasi proyek dengan realisasi investasi terbesar di Jawa Barat dengan PMA Rp61,9 triliun (18,7 persen) dan PMDN Rp45,3 triliun (13,8 persen). Adapun negara asal investasi terbesar adalah Singapura Rp106,2 triliun (32,0 persen).
“Saya optimis di akhir tahun 2021, ekonomi dan investasi akan rebound. Target yang dibebankan Bapak Presiden Jokowi kepada Kementerian Investasi/BKPM sebesar Rp900 triliun dapat dicapai,” pungkas Bahlil. (*)