UMKM
Penulis:Eva Pardiana
Editor:Eva Pardiana
ROMA – Ratu Belanda, Maxima Zorreguieta menyebut, superapp asal Indonesia, Gojek, merupakan salah satu contoh inspiratif yang menggunakan ekosistem digitalnya untuk membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bangkit dari pandemi Covid-19.
Pernyataan tersebut disampaikan Ratu Maxima pada rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia dalam kapasitasnya sebagai Advokat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Keuangan Inklusif untuk Pembangunan (UNSGSA) dan sebagai Pelindung Kehormatan Kemitraan Global G20 untuk Keuangan Inklusif (GPFI).
Dalam paparannya, Ratu Maxima mengkaji cara terbaik dalam mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan usaha yang dipimpin perempuan pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Menurutnya, UKM tertinggal dalam adopsi teknologi digital yang mengakibatkan hilangnya peluang. Hal ini merupakan tantangan bagi ekonomi maju dan ekonomi berkembang. Pengalaman menunjukkan bahwa digitalisasi membuat bisnis lebih efisien dan membantu mereka mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja yang berkembang di banyak negara. Ini juga membuka pasar baru.
“Salah satu dari banyak contoh inspiratif yang saya lihat adalah di Indonesia. Namanya Gojek. Gojek adalah aplikasi transportasi online yang menggunakan ekosistem digitalnya untuk membantu usaha kecil mendigitalkan manajemen inventaris, pemasaran, pembayaran, kredit, dan penjualan mereka. Sekarang, tiba-tiba, UKM ini terhubung ke dunia yang lebih besar,” kata Ratu Maxima, dikutip dari unsgsa.org, Rabu (3/11/2021).
Saat ini Gojek telah menggabungkan usahanya dengan Tokopedia, melalui ekosistem GoTo Grup. Ekosistem ini disebut-sebut telah mencakup 2% dari total PDB Indonesia. Pada 2020, total nilai transaksi bruto Grup (GTV) sudah lebih dari US $ 22 miliar pada tahun 2020. Jika dirupiahkan menggunakan kurs 14.200 maka nilainya mencapai Rp 314,2 triliun.
Masih di tahun yang sama, terjadi lebih 1,8 miliar transaksi, lebih dari dua juta mitra driver yang terdaftar per Desember 2020, lebih dari 11 juta mitra usaha (merchant) per Desember 2020, dan lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan (Monthly Active User/MAU).
Lebih lanjut Ratu Maxima menambahkan, banyak dari UKM ini yang membuat lompatan ke depan dan memperluas bisnis di luar kehadiran fisik mereka. Tentu saja, inovasi seperti ini membutuhkan akses luas ke barang publik digital dan pengembangan keterampilan digital.
“Ini membawa saya ke area tindakan kedua yaitu investasi dalam keterampilan dan kemampuan. Di mana-mana, pengusaha, karyawan, dan sektor pendidikan harus beradaptasi dengan teknologi dan kondisi pasar baru. Mencocokkan penawaran dan permintaan di pasar tenaga kerja adalah kebutuhan yang mendesak dan itu tidak berhenti di sekolah. Setiap orang perlu terus berkembang dan belajar,” imbuhnya.
Akses keuangan, imbuh Ratu Maxima, merupakan salah satu kendala yang paling sering dihadapi UKM untuk mengembangkan bisnis mereka. UKM membutuhkan berbagai layanan keuangan seperti pembayaran, ekuitas, utang jangka pendek dan panjang, tabungan dan asuransi, terutama untuk perusahaan baru dan perusahaan dengan prospek pertumbuhan besar. Bisa dari bank, koperasi, maupun lending platform atau fintech.
“UKM yang kuat sangat penting untuk pertumbuhan yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Perubahan iklim yang menjadi ancaman stabilitas keuangan global dan SDG (Sustainable Development Goals) PBB sangat membutuhkan UKM yang tangguh dan produktif untuk mendukung tantangan ini. Oleh karena itu, kita perlu mendongkrak kapabilitas dan prospek UKM. Kita harus membantu mereka berkembang dengan merangkul digitalisasi, berinvestasi dalam keterampilan, dan meningkatkan ekonomi keuangan,” tandasnya. (*)
Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Tyo S pada 02 Nov 2021