Saham
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Selama satu pekan terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam sebesar -2,61% atau 200 poin ke level 7496 dengan net sell asing >4,9 triliun. Equity Analis PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadimenyebutkan sejumlah sentimen yang memengaruhi market pada 30 September-4 Oktober 2024 tersebut.
Pertama, stimulus pemerintah China. Untuk meningkatkan aktivitas ekonominya yang lemah, pemerintah China melalui PBoC menggelontorkan berbagai stimulus, seperti mamangkas GWM dan tingkat suku bunga, merilis special bond sebesar CNY 2 triliun, serta memberikan stimulus pada pasar saham dalam bentuk swap sebesar CNY 500 miliar dan memberikan fasilitas pinjaman bagi perusahaaan yang ingin melakukan buy back sebesar CNY 300 miliar.
"Pada dasarnya paket stimulus ini memberikan dampak positif bagi Indonesia, karena China adalah negara mitra dagang terbesar Indonesia, namun dengan adanya stimulus lain di pasar saham, hal ini dapat menarik investor saham dari Indonesia untuk berinvestasi di China karena berpotensi membuat harga saham terkerek dengan adanya stimulus tersebut," tandas Imam.
Kedua, ketegangan di Timur Tengah. Konflik ini membuat harga minyak naik >9% baik brent maupun WTI dan meningkatkan ketidakpastian. Saat ini kondisi ekonomi di beberapa negara sedang melambat dengan naiknya harga minyak dapat memperburuk kondisi ekonomi.
"Jika harga minyak atau energi naik maka biaya produksi juga akan naik. Ketika biaya produksi naik hal ini dapat menekan margin laba perusahaan."
Ketiga, aksi taking profit pelaku pasar. Mulai dari 19 Agustus 2024, IHSG mencetak rekor ATH-nya hingga mencapai puncaknya pada 19 Sep 2024 ke level 7853. Hal ini membuat pasar kemungkinan mengamankan keuntungannya terlebih dahulu di tengah perlambatan ekonomi dan konflik di Timur Tengah.(*)