Penyaluran Kredit Fintech Lending Menyusut, Jumlah Peminjam Semakin Turun

2023-08-01T17:46:05.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Penyaluran kredit industri fintech lending menyusut pada semester I-2023 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
Penyaluran kredit industri fintech lending menyusut pada semester I-2023 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu

JAKARTA – Penyaluran kredit industri fintech lending menyusut pada semester I-2023 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan tersebut diikuti oleh jumlah penerima akun sebagai peminjam yang juga semakin menciut. 

Dari segi penyaluran pinjaman, fintech lending pada semester I-2023 mencatat pembiayaan sebesar Rp19,31 triliun, turun 6,5% dari Rp20,67 triliun yang dibukukan pada semester I-2022.

Tidak hanya dari segi jumlah dana yang disalurkan, jumlah penerima pinjaman pada semester I-2023 pun menurun 21,8% jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni dari 17,18 juta akun menjadi 13,42 juta akun.

Untuk kredit produktif, total dana yang disalurkan oleh industri fintech lending mencapai Rp6,9 triliun, turun 22% secara tahunan dari Rp8,87 triliun.

Seiring dengan penurunan tersebut, rasio kredit produktif terhadap total pinjaman yang disalurkan pun menurun dari 42,93% pada semester I-2022 menjadi 35,8% pada semester I-2023.

Tingkat keberhasilan bayar dalam 90 hari atau TKB90 mengalami penyusutan dari 97,47% pada semester I tahun lalu menjadi 96,71% per-akhir Juni 2023.

Sementara itu, tingkat wanprestasi di atas 90 hari atau TWP90 yang merupakan tingkat kredit bermasalah pada industri fintech lending menempati angka 3,29% pada akhir Juni 2023, naik dari 2,53% yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.

Walaupun jumlah penyaluran kredit fintech lending menurun pada paruh pertama tahun ini, namun industri berhasil membalikkan kerugian yang tercatat di paruh pertama tahun lalu menjadi laba bersih. 

Balik Rugi Jadi Untung

Pada semester I-2023, industri fintech lending berhasil membalikkan kerugian yang tercatat pada periode yang sama pada tahun sebelumnya menjadi laba bersih sebesar Rp450,5 miliar.

Pada semester I atau di akhir Juni tahun sebelumnya, industri fintech lending mencatat kerugian sebesar Rp146,23 miliar.

Kerugian pada industri fintech lending tercatat secara beruntun hingga akhir tahun 2022, dan akhirnya kerugian itu pun mulai berbalik menjadi laba saat memasuki tahun 2023. 

Secara terperinci, pada paruh pertama tahun ini, industri fintech lending mencatat pendapatan operasional sebesar Rp5,67 triliun, melesat 49% dari Rp3,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Seiring dengan kenaikan tersebut, beban operasional pun mengalami lonjakan 24% dari Rp3,94 triliun menjadi Rp4,9 triliun.

Namun, berhubung pendapatan operasional mengalami kenaikan yang lebih tinggi, industri fintech lending bisa mencetak laba operasional sebesar Rp754,39 miliar, berbalik dari kerugian operasional sebesar Rp110,59 miliar pada semester I-2022.

Kemudian, pendapatan nonoperasional yang dibukukan fintech lending pada semester I-2023 mencapai Rp170,37 miliar, naik 3% dari Rp164,89 miliar.

Sementara itu, jumlah beban nonoperasional membengkak 97% dari Rp171,04 miliar menjadi Rp337,32 miliar.  

Dengan demikian, pada paruh pertama tahun ini fintech lending mencetak laba sebelum pajak sebesar Rp587,44 miliar, yang mana pada periode yang sama tahun sebelumnya industri mencatat kerugian sebelum pajak sebesar Rp116,75 miliar.

Walaupun beban pajak meroket 364% dari Rp29,48 miliar pada semester I-2022 menjadi Rp136,93 miliar, namun industri tetap berhasil membalik kerugian dari periode yang sama tahun sebelumnya.(*)