Kementan
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan target swasembada gula pada tahun 2024. Target itu bisa dibilang ambisius mengingat Indonesia masih perlu tambahan produksi gula mencapai 850 ribu ton per tahun untuk mencapai mimpi tersebut.
Indonesia pernah pada masa berkelimpahan komoditas gula. Nusantara bahkan pernah menjadi eksportir gula pada tahun 1800-an. Namun, saat ini Indonesia harus mengimpor gula dengan jumlah yang sangat besar untuk kebutuhan konsumsi maupun industri dalam negeri.
Sejauh ini Indonesia baru mampu memproduksi sekitar 2,4 juta ton gula dari kebutuhan Nasional yang mencapai 3,2 juta ton per tahun. Pemerintah menyebut lahan tebu yang tersedia saat ini tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan swasembada gula.
Presiden Joko Widodo pada November 2022 pernah menyebut Indonesia butuh lahan tebu hingga 700 ribu hektare untuk mencapai target tersebut. Data Kementan, hingga Maret 2023 ketersediaan lahan tebu hampir 509.608 hektare. Lahan seluas itu diperkirakan dapat menghasilkan produksi gula mencapai 37.463.341 ton.
Artinya pemerintah masih butuh penambahan lahan tebu sekitar 200 hektare untuk menggapai swasembada gula. Lalu sejauh mana kemampuan Indonesia menyediakan lahan sebesar itu hanya dalam waktu setahun? Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pemerintah rata-rata hanya mampu menahan lahan tebu sekitar puluhan hektare setahun.
Pada 2020, lahan tebu diketahui masih seluas 419 ribu hektare. Dua tahun setelahnya atau 2022, lahan tebu menjadi 488 ribu hektare atau meningkat sekitar 40 hektare setahun. Sementara peningkatan lahan tebu dari 2022 ke Maret 2023 sekitar 20 hektare.
Jawa Timur menjadi wilayah dengan lahan tebu paling luas yaitu mencapai 218.200 hektare. Kawasan ini yang menjadi lumbung gula Indonesia karena paling banyak memproduksi komoditas tersebut setiap tahunnya.
Lahan tebu terluas sekaligus menyumbang produksi gula terbanyak kedua berada di Lampung. Terdapat lahan tebu seluas 143.200 hektare di kawasan ini. Artinya jika ingin menggapai swasembada gula pada 2024, pemerintah harus lebih agresif membuka lahan tebu dengan penambahan hingga 100 hektare per tahun.
Selain ketersediaan lahan tebu, kondisi pabrik gula turut menjadi penentu swasembada gula. Masalahnya, pabrik gula yang dimiliki Indonesia saat ini pun rata-rata sudah kuno atau peninggalan kolonial. Mayoritas pabrik gula berproduksi di Jawa Timur.
Pabrik gula tersebut masih berproduksi dengan menggunakan teknologi lama meskipun beberapa pabrik telah mendapat peningkatan kapasitas produksi dengan revitalisasi dan pembaharuan peralatan.
Selain mesin produksi yang mayoritas memakai teknologi lama, terdapat beberapa pabrik gula yang menutup produksinya pada medio tahun 2015 hingga 2023. Penutupan tersebut berkaitan dengan kapasitas produksi yang menurun serta efisiensi dana.
Pada medio yang sama, terdapat dua pabrik gula baru yang dibangun dan beroperasi. Pabrik gula tersebut yaitu Pabrik Gula Kebun Tebu Mas di Lamongan dan Pabrik Gula Rejoso Manis di Kabupaten Blitar. Kehadiran pabrik baru diharapkan dapat menggenjot produksi gula dalam negeri. (*)