logam mulia
Penulis:Yunike Purnama
Editor:Yunike Purnama
BANDARLAMPUNG - Sejumlah analis memprediksi kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan meningkat pada 2022. Hal itu tercermin dari kinerja perusahaan tahun lalu yang membukukan pendapatan di atas Rp28 triliun.
"Terdapat sejumlah faktor yang bisa mendorong kenaikan harga saham ANTM di 2022 ini, yakni berkaca pada pendapatan perusahaan, yang sepanjang 2021 pendapatan perusahaan naik di atas Rp28 triliun. Pada tahun ini, pendapatan diperkirakan akan naik bisa mencapai Rp35 triliun," kata analis pasar GK Invest Lukman Hakeem dalam siaran persnya, Senin (10/1/2022).
Lukman menyebut prediksi akan tingginya pendapatan ANTM ini didasarkan atas potensi kenaikan sejumlah harga komoditi logam yang menjadi sumber pendapatan utama perusahaan. Di 2022, harga komoditas logam diperkirakan masih akan positif meski dengan laju kenaikan yang beragam.
Selain itu, komoditi emas, nikel, bauksit, alumunium, dan perak juga berpotensi mengalami kenaikan imbas meroketnya permintaan di saat suplai pasar yang masih tercekik. Meskipun demikian, komoditi emas terdapat potensi tekanan dari kemungkinan adanya koreksi harga yang berkelanjutan dari 2021.
"Nikel yang menjadi penyumbang kedua pendapatan utama ANTM di bawah emas, diperkirakan akan cukup solid harganya di tahun ini. Harga berpeluang naik didorong oleh pemulihan ekonomi global, perkembangan teknologi baterai listrik, serta kebijakan pemerintah termasuk produsen nikel lainnya seperti Tiongkok dan Filipina," lanjut dia.
Ia menambahkan, walaupun terdapat banyak prospek positif namun masyarakat dan investor tetap harus memerhatikan volatilitas harga logam dunia, khususnya emas dan nikel yang berpotensi menggerus target keuntungan perusahaan.
"Para investor dan pelaku pasar harus mewaspadai penurunan harga yang terjadi pada harga nikel akibat pelonggaran kebijakan ekspor dan penurunan harga emas akibat penguatan dolar AS sebagai buntut rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat," tegas Lukman.
Adapun harga emas dunia saat ini berada pada kisaran USD1.800, terdapat potensi koreksi jangka menengah. Rencana kenaikan suku bunga Fed Fund Rate pada semester kedua tahun ini akan menjadi sentimen negatif harga emas yang berpeluang menekan hingga ke kisaran harga USD1.600.
Ia menilai bahwa rencana pengurangan dan penghentian kebijakan moneter yang lunak lewat pembelian aset, bisa membuat harga emas turun lebih dini pada kisaran Maret. Namun demikian, harga emas dunia juga menyimpan amunisi bagi kenaikan harga lebih lanjut, pada kisaran USD1.900 hingga USD2.000, mengingat adanya kekhawatiran investor terkait dengan inflasi yang tinggi, khususnya di AS.
"Laju inflasi yang meroket di atas perkiraan sebelumnya menimbulkan ancaman gangguan pemulihan ekonomi AS dan dunia yang tengah berusaha bangkit dari pukulan wabah covid-19 dalam dua tahun ini," pungkas Lukman.(*)