Hasil Studi: Diet Soda dan Makanan Olahan Dapat Tingkatkan Risiko Depresi

2023-10-22T21:37:42.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Ilustrasi
Ilustrasi

BANDARLAMPUNG - Anda tentu pernah mendengar pepatah, “Kamu adalah apa yang kamu makan”. Pepatah tersebut berarti bahwa makanan atau nutrisi dari makanan akan sangat berpengaruh untuk kondisi fisik kita. Namun, penelitian baru yang diterbitkan di JAMA Network Open telah menambahkan bukti bahwa frasa tersebut tampaknya juga berlaku untuk kesehatan mental kita.

Seperti yang dilansir Trenasia dari Healthline pada Jumat, 13 Oktober 2023, penelitian tersebut dilakukan oleh para peneliti di Universitas Harvard yang telah menemukan bahwa mengonsumsi makanan ultra processed atau makanan olahan yang menurut mereka padat energi, enak, dan siap santap, dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi.

Secara khusus, para peneliti menemukan hubungan antara depresi dan konsumsi pemanis buatan dan minuman dengan pemanis buatan. Meski demikian, para peneliti melaporkan bahwa semakin banyak bukti yang menghubungkan pola makan dengan depresi. 

Namun, masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk meneliti hubungan antara makanan ultra processed atau makanan olahan dan gangguan mood.

Studi Makanan Olahan atau Ultra Processed Food Terkait dengan Risiko Depresi

Studi makanan olahan atau ultra processed food terkait dengan risiko depresi

Penelitian ini melibatkan peserta wanita paruh baya yang ikut serta dalam Nurses’ Health Study II, sebuah penelitian besar yang meneliti faktor risiko penyakit kronis utama pada wanita. Pada studi ini, hampir 32.000 orang dilibatkan, dan wanita-wanita tersebut tidak mengalami depresi pada awal penelitian.

Para wanita tersebut mengisi kuesioner frekuensi makanan setiap 4 tahun mulai dari tahun 2003 hingga 2017. Untuk memperkirakan berapa banyak makanan olahan yang mereka makan, para peneliti menggunakan sistem NOVA yang mengelompokkan makanan berdasarkan cara pengolahannya.

Makanan olahan menurut sistem NOVA adalah makanan siap saji yang sebagian besar atau seluruhnya terbuat dari makanan dan zat aditif makanan yang memiliki sedikit, jika ada makanan utuh. Makanan olahan ini kemudian dibagi lagi ke dalam beberapa kategori, seperti lemak dan saus, daging olahan, atau minuman.

Peneliti juga berfokus pada mereka yang telah didiagnosis menderita depresi dan atau menggunakan antidepresan untuk mengatasi gejalanya dianggap sebagai penderita depresi. Kemudian, peneliti menganalisis data untuk mencari perubahan apapun dalam konsumsi makanan ultra processed dan apakah orang-orang kemudian didiagnosis menderita depresi.

Para peneliti mengidentifikasi sebanyak 4.480 kasus depresi, meski angka ini turun menjadi 2.122 ketika mereka menggunakan definisi yang lebih ketat yang mengharuskan para wanita untuk didiagnosis depresi dan juga diberi resep antidepresan.

Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa mereka yang mengonsumsi makanan ultra processed atau makanan olahan memiliki peningkatan risiko terkena depresi jika dibandingkan dengan mereka yang hanya sedikit mengonsumsi makanan olahan.

Minuman dengan pemanis buatan juga ditemukan berhubungan dengan risiko depresi. Selain itu, diketahui juga bahwa mengurangi asupan makanan olahan dikaitkan dengan penurunan risiko depresi.

Alasan Mengapa Makanan Olahan Dapat Meningkatkan Risiko Depresi

Anda tentu ingin mengetahui alasan mengapa hal ini terjadi. Akan tetapi, Dr. Daniel Atkinson, GP Clinical Lead di Treated seperti yang dilansir dari Healthline menjelaskan bahwa ia juga masih tidak mengetahui apa alasan makanan olahan dapat meningkatkan risiko depresi. 

Meski begitu, alasan spekulatif dari Atkinson adalah bahwa makanan olahan dapat mengganggu mikrobioma usus. Padahal, kesehatan usus sangat berperan penting dalam fungsi kognitif, sehingga mikrobioma yang terganggu dapat berdampak buruk pada suasana hati. Atkinson juga menambahkan bahwa pola makanan olahan juga cenderung kekurangan nutrisi dibandingkan makanan yang kurang diproses, seperti diet Mediterania.

Itu tadi penjelasan menganai makanan olahan atau ultra processed food disebut dapat meningkatkan risiko depresi.(*)