Penulis:Yunike Purnama
Kabarsiger.com, Bandar Lampung - Di tengah maraknya pandemi virus Corona di Tanah Air, yang mengakibatkan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta bergejolak, saham emiten unggulan yang tergabung dalam LQ45 dinilai tetap menarik dan “seksi’ di mata investor.
“Harga sejumlah saham saat ini sudah terbilang murah (undervalued), sehingga kesempatan untuk masuk pasar dan mengoleksi saham-saham LQ45,” kata Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Selasa (7/4/2020)
Menurutnya, jika penanganan pandemi COVID-19 bisa lebih cepat selesai maka perlahan-lahan kepercayaan investor mulai pulih dan pasar lebih bergairah.
Saham yang direkomendasikan untuk dikoleksi di antaranya saham PT Indofarma Tbk (INAF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Unilever Indonesia TBK (UNVR), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Diyakini, saham-saham emiten berkapitalisasi pasar besar ini akan cepat berbalik arah di kala indeks membaik. Apalagi, emiten-emiten tersebut memiliki fundamental yang bagus dan telah terbukti mampu bertahan di saat ekonomi mengalami kontraksi.
Hal ini terbukti pada saat IHSG menguat 188,40 poin atau naik 4,07%e level 4.811,83 pada akhir perdagangan Senin (6/4), saham ASII merupakan salah satu saham yang paling aktif diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp282,2 miliar.
Saham lain yang juga diincar investor yakni PT Bank Rakyat Indonesia TBk (BBRI) dengan nilai transaksi Rp845,25 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan nilai transaksi Rp 375,77 miliar.
Sinyal Positif
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pasar saham yang bergerak menguat beberapa kali dalam sepekan menjadi sinyal positif para investor kepada Indonesia di tengah dampak wabah Covid-19.
“Beberapa kali hijau dalam seminggu, alhamdulilah berbagai kebijakan yang kami lakukan ini mudah-mudahan dipandang positif investor,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam rapat kerja daring besama Menkeu, BI dan LPS dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (6/4)
OJK, lanjut dia, melakukan sejumlah langkah ketika pasar saham memerah, di antaranya memperbolehkan pembelian kembali saham atau buyback tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS).
Kemudian, melakukan auto rejection perdagangan ketika transaksi merosot hingga di bawah 5% hingga mengeluarkan larangan short selling.
Wimboh mengatakan pasar saham yang sebelumnya memerah karena adanya sentimen negatif sehingga mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI merosot hingga 26,1%. Kondisi itu, kata dia, tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di sejumlah negara.
Kemudian, lanjut dia, terjadi nett sale di pasar saham yang mencapai Rp10,7 triliun dan investor asing menjual surat berharga negara (SBN) mencapai Rp129 triliun. (*)